Kabar Gembira untuk Orang Bali, Dua Desa Adat di Badung Terima Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta (tengah) menyaksikan Tradisi Siat Yeh di Wantilan Balai Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran Kuta Selatan, Jumat (4/3).
Foto: ANTARA/Pemkab BadungBADUNG - Sebanyak dua tradisi yang dimiliki dua desa adat di Kabupaten Badung, Bali menerima sertifikat penetapan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dua tradisi itu adalah Tradisi Siat Yeh di Desa Adat Jimbaran dan Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal, Kabupaten Badung.
"Kami di Badung sudah memiliki 13 WBTB dan kami sudah sertifikatkan, begitu juga dengan warisan benda yaitu pura, sudah ada kurang lebih 30 pura yang sudah disertifikatkan," ujar Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta di Jimbaran, Badung, Jumat (4/3).
Bupati Giri Prasta menyerahkan sertifikat kepada Bendesa atau Kepala Desa Adat Kapal Ketut Sudarsana dan Bendesa Adat Jimbaran I Gusti Made Rai Dirga saat pelaksanaan tradisi Siat Yeh padangembak geniatau satu hari setelah Hari Raya Nyepi.
Iamengatakan pemkab berkomitmen membangun kebudayaan dalam visi dan misi melalui Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB), khususnya poin keempat yaitu adat, agama, tradisi, seni, dan budaya.
'Ini kami terapkan dan diaplikasikan semua serta berkoordinasi dengan pemerintah pusat dengan Kemenkumham dan Dirjen Kebudayaan Pusat tentang Hak Cipta, HAKI, dan WBTB," katanya.
Pihaknya bersama seluruh masyarakat akan terus berupaya melestarikan tradisi Siat Yeh dan tradisi Kebo Dongol.
"Saya pastikan desa adat yang ada di Kabupaten Badung yang memiliki tradisi, ke depannya juga akan kami berikan uang pembinaan. Kami akan memberikan bantuan dana minimal sebesar Rp25 juta dan akan diberikan kepada masing-masing bendesa maupun tokoh adat untuk keperluan pembinaan tradisi dan budaya tersebut dan ini wajib untuk dilaksanakan," ungkapnya.
Koordinator pemuda dalam pelaksanaan tradisi Siat Yeh di Jimbaran, I Komang Agus Wiweka, mengatakan tradisi yang sempat vakum karena pesatnya perkembangan zaman itu beberapa tahun terakhir berusaha dibangkitkan kembali oleh masyarakat setempat.
Dia mengatakan tradisi Siat Yeh yang dilaksanakan di Hari Ngembak Geni tersebut mengandung filosofi pembersihan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka.
"Dalam situasi pandemi COVID-19 kami menerapkan protokol kesehatan yang ketat termasuk jumlah peserta Siat Yeh ini dibatasi hanya 25 orang saja untuk masing masing kelompok," ujarnya.
Selain Siat Yeh, Desa Adat Jimbaran juga berusaha membangkitkan kembali tradisi lainnya, yaitu Tradisi Magegobog untuk mengusir energi negatif alam yang berlangsung saat Hari Pengerupukan atau satu hari sebelum Hari Raya Nyepi.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 KPU: Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Jakarta pada Kamis
- 2 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 3 Perluas Akses Permodalan, Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM hingga Pekerja Migran
- 4 Panglima TNI Mutasi 101 Perwira Tinggi, Kepala BSSN dan Basarnas Juga Diganti
- 5 Marselino Ditemani Ole Romeny di Oxford United
Berita Terkini
- 50 Mahasiswa Lolos Seleksi Pelatihan Desain Chip
- Pemkab Banyuwangi Tekan Penyebaran PMK pada Ternak dengan Vaksinasi Intensif
- Affectionate Intelligence, Kecerdasan Buatan yang Mampu Berempati
- Indonesia Resmi Bergabung dengan BRICS, eLaw Institute Sarankan Percepatan Keanggotaan di OECD
- Sebanyak 2.000 Rumah Terendam Banjir di Tarusan Pesisir Selatan