Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Kabar Gembira, Film Nasional Berpotensi Berkembang di Era Layanan Streaming

Foto : ANTARA/Abdu Faisal

Kepala Riset dan Ekonomi PwC Indonesia Denny Irawan menjelaskan rantai nilai industri layar dalam pemaparan hasil penelitian bersama LPEM Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Kabar gembira, hasil studi terbaru dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia bersama PwC Indonesia menunjukkan potensi film, animasi, video nasional untuk berkembang di era layanan platformstreamingfilm dan media sosial.

Kepala Riset dan EkonomiPwC Indonesia Denny Irawandi Jakarta, Kamis, menyampaikan bahwaPwC Indonesia bersama LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dalam satu tahun terakhir melakukan penelitian terbatas untuk mengukur definisi dampak ekonomi dari karya atau produk industri layar yang ditujukan untuk hiburan.

Pengukuran dilakukan padadampak langsung (dampak ekonomi), dampak tidak langsung (peningkatan kontribusi produk domestik bruto/PDB), dampak terinduksi (peningkatan lapangan pekerjaan), serta dampak limpahan.

Studi dilakukan berdasarkan data dari Tabel Input-Output Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2014, data Kemenparekrafhingga tahun 2020 mengenai Nilai Tambah Bruto atau kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sektor ekonomi kreatif, serta Laporan Global Entertainment and Media Outlook2023-2027 dariPwC.

Menurut hasil analisis yang dilakukan olehPwC dan LPEMUniversitas Indonesia pada 2023, total pendapatan industri layar (film, animasi, dan video) diproyeksikan tumbuh menjadi Rp109,6 triliun pada 2027 dari Rp90,9 triliun pada 2022.

Denny mengatakan, potensi dari setiap peningkatan pendapatan industri layar sebesar Rp1 triliun akan menghasilkan dampak sebesar Rp1,43 triliun dalam bentuk "outputekonomi" atau nilai barang dan jasa berdasarkan harga yang dibayarkan kepada pemasok industri layar pada periode waktu tertentu, kontribusi PDB senilai Rp892 miliar, dan penciptaan 4.300 lapangan kerja baru.

Menurut dia, saat ini proporsi dampak terhadap total PDB dari industri layar di Indonesia baru 0,41 persen, lebih rendah dibandingkan denganBrazil dan Thailand (0,61 persen).

Hasil studi juga menunjukkan bahwapekerjaan di industri layar sangat produktif. Nilai tambah bruto (NTB) per kapitanya Rp55 juta, lebih tinggi dibandingkan sektor ekonomi lainnya seperti kuliner, mode, kerajinan, dan seni pertunjukan.

Investasi di industri layar juga mendukung lapangan kerja pada sektor-sektor di seluruh rantai pasok.

Platform layananstreamingmenurut studi mengalami peningkatan minat dari kalangan konsumen yang mencari hiburan.

Pada 2022, 66 juta pemirsa Indonesia mengonsumsi tiga miliar jam konten dari layananstreamingsetiap bulan.

Di Indonesia, sebanyak 75 persen pengguna layananstreamingpremium seperti Netflix, Vidio, Viu, dan WeTVtertarik menggunakan layanan itu karena menghadirkan konten dengan kualitas lebih baik.

Kemampuan layananstreamingmenghasilkan konten yang disukai diharapkan dapat mendorong kebangkitan industri layar pada tahun-tahun mendatang.

Menurut Denny, platform tersebut juga meningkatkan rasio layar di Indonesia dari 1 berbanding 120.000 orang, yang dihitungberdasarkan jumlah layar bioskop yang sekitar 2.300 saja untuk 277 juta penduduk.

Ia menyampaikan bahwapenayangan konten Indonesia pada industri layar juga mampu membangkitkan potensi dampak limpahan pada negara.

Misalnya, filmThe Raidberdampak pada penerimaan masyarakat pada silat di level global.Film sepertiLaskar PelangidanNgeri-Ngeri Sedapmenimbulkan penerimaan masyarakat terhadap pariwisata lokal.

Selain itu, filmKKN Desa Penariyang mencatatkan rekorBox Officedi Malaysia, Singapura, dan Brunei danGadis Kretekyang masuk 10 film teratas Netflix global juga dapat menimbulkan potensi dampak limpahan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top