Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Nasional -- Publikasi Bukan Satu-satunya Ukuran Kontribusi pada Ilmu Pengetahuan

Jurnal Predator Tantangan "Kejujuran" Dunia Akademik

Foto : Koran Jakarta/Muhamad Ma’rup/Tangkapan Layar

Ketua Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) periode 2021–2023, Arief Anshory Yusuf,

A   A   A   Pengaturan Font

Publikasi jurnal predator di Indonesia sudah pada level parah karena menjadi negara nomor dua paling banyak publikasi di jurnal predator dengan persentase 16,73 persen pada rentang 2015-2017.

JAKARTA - Dunia akademik di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, salah satunya publikasi akademisi perguruan tinggi di jurnal atau penerbit predator. Hal tersebut mengancam kejujuran dunia akademik sebab jurnal atau penerbit predator tidak melakukan proses reviu maupun proses penyuntingan dengan baik dan benar. Sering kali jurnal ini membebankan biaya publikasi dengan janji manuskrip akan diterbitkan dengan segera.

Ketua Forum Dewan Guru Besar Indonesia (FDGBI) periode 2021-2023, Arief Anshory Yusuf, mengatakan peningkatan jurnal predator di Indonesia meningkat akibat dampak dari munculnya Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan. Aturan tersebut mengatur secara khusus kewajiban publikasi mahasiswa program Magister, Doktor, dan Doktor Terapan.

"Secara proporsi jurnal predator itu meningkat ketika ada kewajiban publikasi. Dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 30 persen jurnal di Indonesia itu predatory sekitar tahun 2016-2017," ujar Arief, dalam Diskusi Publik Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) secara daring yang diakses Minggu (22/10).

Guru Besar Universitas Padjadjaran (Unpad) itu menyebut publikasi jurnal predator di Indonesia sudah pada level parah. Berdasarkan data Scopus 2018, Indonesia menjadi negara nomor dua paling banyak publikasi di jurnal predator dengan persentase 16,73 persen pada rentang tahun 2015-2017.

"Jurnal predator itu menyerang jantung pertahanan dari aktivitas akademik yaitu kejujuran. Saya tidak antipublikasi atau Scopus, tapi jurnal predator itu berbahaya dalam konteks yang fundamental dari kehidupan akademik," jelasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top