Senin, 17 Mar 2025, 02:30 WIB

Junta Lancarkan Serangan ke Desa Pejuang Anti-Kudeta

Sejumlah warga berupaya memadamkan api usai terjadi serangan udara junta yang menyasar pasar di sebuah desa dekat Kota Singu di wilayah Mandalay pada Jumat (14/3) sore. Akibat serangan udara itu dilaporkan sedikitnya 12 orang tewas.

Foto: AFP

LETPANHLA – Sebuah serangan udara junta Myanmar di sebuah desa yang dikuasai oleh pejuang anti-kudeta telah menewaskan sedikitnya 12 orang menurut seorang pejabat administrasi setempat, yang mengatakan pemboman itu menargetkan wilayah sipil.

Militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta 2021 yang telah menjerumuskan negara itu ke dalam perang saudara yang pecah dan para analis mengatakan junta yang diperangi semakin menggunakan sering serangan udara untuk menargetkan warga sipil.

Serangan udara ada Jumat (14/3) sore itu menghantam Desa Letpanhla sekitar, 60 kilometer utara kota terbesar kedua di negara itu yaitu Mandalay. Desa di Kota Singu itu selama ini dikuasaioleh Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) - gerilyawan anti-kudeta yang mengangkat senjata setelah militer menggulingkan pemerintah sipil negara itu empat tahun lalu.

“Banyak orang terbunuh karena serangan udara junta menjatuhkan bom di daerah yang ramai,” kata pejabat administrasi setempat, yang meminta jati dirinya dirahasiakan, pada Sabtu (15/3). “(Serangan) itu terjadi pada saat orang pergi ke pasar,” imbuh dia seraya menambahkan bahwa pihaknya mencatat ada 12 orang tewas dalam serangan itu.

Pihak pejuang anti-kudeta lokal melaporkan ada 27 korban jiwa akibat serangan udara junta itu. Sementara pihak juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk memberikan pernyataan terkait serangan udara ini.

Jumlah serangan udara militer terhadap warga sipil telah meningkat dari tahun ke tahun selama perang saudara, menurut organisasi nirlaba Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Acara (ACLED), dengan hampir 800 terjadi pada tahun 2024.

Angka itu lebih dari tiga kali lipat tahun sebelumnya dan ACLED memperkirakan junta akan terus bergantung pada serangan udara karena militer di darat kewalahan melawan pemberontak.

“Militer akan bertahan dalam serangan udara tanpa pandang bulu terhadap daerah-daerah berpenduduk sipil dalam upaya untuk merusak basis dukungan oposisi dan menghancurkan moral mereka,” kata ACLED pada Desember lalu. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: