Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Sosial

Jokowi: Teknologi Jangan Sampai Kikis Etika

Foto : ANTARA/WAHYU PUTRO A

HARLAH KE-93 NU - Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menghadiri konsolidasi jelang satu abad Nahdlatul Ulama (NU) dalam rangka hari lahir (Harlah) ke-93 NU di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (31/1). Pada kesempatan itu, Presiden mengatakaan perbedaan bukanlah sesuatu yang harus diributkan karena itu adalah modal dasar pembangunan Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengingatkan masifnya perkembangan teknologi jangan sampai ikut mengikis etika kebangsaan.

"Medsos (media sosial) banyak beri manfaat, tapi banyak mudarat. Kita lihat akhir-akhir ini, saling hina, cela, ejek, fitnah semakin menjadi-jadi. Yang patut kita garis bawahi sekarang, yang muda berani melakukan ke yang lebih tua, junior berani melakukan ke senior. Saling hina, ejek, fitnah," kata Jokowi dalam sambutan pembukaan Konsolidasi Jelang Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dalam rangka Hari Lahir (Harlah) ke- 93 NU, di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Jokowi mengungkapkan banyak orang lupa mengenai etika kebangsaan hingga keagamaan ketika menggunakan media sosial. Padahal, Indonesia memiliki budi pekerti dan tata krama dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

Menurut Jokowi, Indonesia dikarunia keragaman yang harus dijaga dan dirawat. Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus diributkan karena itu adalah modal dasar pembangunan Indonesia. "Saya menitipkan karena saya meyakini NU-lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus komitmen kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi," tambah Jokowi.

Pada kesempatan itu, Jokowi mengatakan pemerintah terus mendorong agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Pondok Pesantren dapat segera rampung dan disahkan menjadi UU. "Pemerintah terus mendorong agar Rancangan Undang-Undang Pondok Pesantren bisa segera diselesaikan," katanya.

Ia menegaskan hal itu penting agar ada payung hukum yang jelas baik mengenai anggaran untuk pondok pesantren maupun hal lain yang terkait dengan pendidikan di wilayah pondok pesantren.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar NU, Said Aqil Siradj, mengatakan NU telah berjalan dengan baik dan selalu berperan dalam mengawal keutuhan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "NU terus berperan dan memiliki kontribusi besar dalam mengawal keutuhan NKRI, menjaga kekuatan eksistensi budaya kepribadian serta jati diri Islam Nusantara," kata Said Agil.

Dia menjelaskan, Islam Nusantara merupakan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, antiradikal, antiterorisme, apalagi ekstremisme.

Dalam kesempatan itu, Said Aqil mengajak warga NU untuk terus menjaga amanah dari para pendiri NU tersebut. Ant/AR-2

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top