Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanaman Modal - Pengetatan Aturan Diinisiasi Pasca-akuisisi 10% Saham Daimler oleh Li Shufu

Jerman Perketat Investasi Asing

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Peningkatan minat investor Tiongkok terhadap sejumlah perusahaan Jerman akhirakhir ini memicu kekhawatiran di negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu.

BERLIN - Pemerintah Jerman akan memperketat aturan terhadap investasi asing. Pengetatan aturan tersebut sebagai respons atas kekhawatiran masuknya pengaruh dari Tiongkok terhadap perusahaan- perusahaan Eropa. Seperti dikutip kantor berita AFP dari Der Spiegel, mingguan asal Jerman itu melaporkan miliarder Tiongkok, Li Shufu, bulan lalu mengakuisisi 10 persen saham perusahaan mobil, Daimler. Akuisisi senilai 7,2 miliar euro atau sekitar 122 triliun rupiah itu menjadikan pemilik pabrikan mobil Geely itu sebagai pemegang saham kelompok Daimler.

Karena itu, Menteri Perekonomian Jerman, Brigitte Zypries, di Berlin, Sabtu (3/3), menyarankan pentingnya aturan baru yang memperketat aturan terhadap investasi asing. "Kami selalu menyesuaikan regulasi perekonomian dengan perkembangan terbaru dari kondisi eksternal, termasuk ambang batas yang melibatkan pemerintah," kata Zypries, di Berlin, Sabtu (3/3). Meningkatnya minat investor Tiongkok terhadap perusahaan Jerman akhir-akhir ini telah memicu kekahawatiran di negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu.

"Faktanya, investor sangat berpengaruh besar terhadap bisnis, bahkan dengan kepemilikan saham dalam jumlah yang kecil," kata Zypries yang merupakan politisi dari Partai Sosial Demokrat. Lebih lanjut diberitakan, otoritas di Berlin bisa meneliti transaksi dan kemungkinan dapat mencegahnya, jika investor asing mengakuisisi saham lebih dari 25 persen.

Batalkan Akuisisi

Sebelumnya dikabarkan, otoritas pasar modal Amerika Serikat (AS), Securities and Exchange Commission (SEC) pada pertengahan bulan lalu mengeluarkan keputusan yang membatalkan penjualan saham bursa Chicago Stock Exchange (CHX) ke kelompok usaha asal Tiongkok.

Otoritas beralasan kurangnya informasi dari calon pembeli menyulitkan untuk memantau peralihan kepemilikan bursa yang secara politik sangat sensitif. Langkah itu mengakhiri polemik selama dua tahun dari upaya mendapatkan persetujuan penjualan di tengah iklim investasi yang kurang bersahabat bagi para investor Tiongkok selama pemerintahan Presiden AS, Donald Trump. Sepeti diketahui, Trump dalam kampanyenya jadi presiden mengangkat isu penjualan CHX sebanyak dua kali, di mana dia menyatakan transaksi tersebut sebagai contoh bagaimana pekerjaan dan kekayaan meninggalkan AS.

Staf SEC yang pada awalnya menyetujui penjualan bursa milik pribadi pada bulan Agustus akhirnya tidak berkutik setelah dalam beberapa menit setelah pengumuman komisaris SEC, yang dipimpin Jay Clayton, orang kepercayaan Trump mengeluarkan keputusan untuk menunda penjualan dan akan ditinjau lebih lanjut. Anggota parlemen AS baik dari kubu Republik maupun Demokrat dengan kasar mengkritik kesepakatan tersebut dengan mengirimkan surat kepada SEC. Mereka berpendapat bahwa penjualan tersebut akan memberi akses kepada pemerintah Tiongkok ke pasar keuangan Amerika. Mereka juga mempertanyakan kemampuan SEC untuk mengatur dan memantau pemilik asing di pasar keuangan. bud/AFP/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi, AFP

Komentar

Komentar
()

Top