
Jepang Targetkan Pangkas Emisi 60% pada Tahun 2035
Hampir 70 persen kebutuhan listrik Jepang pada tahun 2023 dipenuhi oleh pembangkit listrik yang membakar batu bara, gas, dan minyak.
Foto: KyodoTOKYO - Jepang menetapkan target iklim baru pada hari Selasa (18/2), berjanji memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 60 persen dalam dekade berikutnya dari tahun 2013.
Berdasarkan Perjanjian Paris, setiap negara diharapkan memberikan angka yang lebih besar kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengurangi emisi yang memerangkap panas pada tahun 2035, serta cetak biru terperinci tentang cara mencapainya.
Kementerian lingkungan hidup Jepang mengatakan pada hari Selasa, pihaknya bermaksud memangkas emisi sebesar 60 persen pada tahun fiskal 2035, yang dimulai pada bulan April.
- Baca Juga: Pendukung Duterte Ajukan Gugatan Kasus Pemakzulan
- Baca Juga: Korsel Bersedia Terima Tawanan Perang Korut
Tokyo juga bermaksud memangkas emisi hingga 73 persen pada tahun fiskal 2040, sebagai bagian dari Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) yang baru, sebuah janji sukarela yang akan diserahkan kepada PBB.
Hampir 200 negara diharuskan menyampaikan rencana iklim baru paling lambat 10 Februari, tetapi hanya 10 yang melakukannya tepat waktu, menurut basis data PBB yang melacak pengajuan.
Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan bahwa "target ambisiusnya selaras dengan tujuan global 1,5 derajat Celsius dan berada di jalur yang tepat menuju tercapainya nol emisi pada tahun 2050".
Pada tahun 2016, Jepang berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 26 persen pada tahun 2030. Namun, NDC terbaru yang diterbitkan pada bulan Maret 2020 memuat angka yang sama, sehingga memicu kritik dari para pegiat.
Rencana pemotongan karbon yang lebih ambisius yang diajukan pada bulan Oktober 2021 menetapkan sasaran pengurangan emisi sebesar 46 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan tingkat tahun 2013.
Emisi global telah meningkat, tetapi perlu dikurangi hampir setengahnya pada akhir dekade ini untuk membatasi pemanasan global ke tingkat yang aman yang disepakati dalam kesepakatan Paris.
Pada hari yang sama, Jepang menyetujui Rencana Energi Strategis terbarunya, yang mencakup niat untuk menjadikan energi terbarukan sebagai sumber energi utama pada tahun 2040.
Hampir 14 tahun setelah bencana Fukushima, Tokyo juga melihat peran utama tenaga nuklir dalam membantu Jepang memenuhi permintaan energi yang meningkat dari pabrik kecerdasan buatan dan mikrochip.
Ekonomi terbesar keempat di dunia ini memiliki bauran energi paling kotor di G7, kata para juru kampanye.
Hampir 70 persen kebutuhan listrik Jepang pada tahun 2023 dipenuhi oleh pembangkit listrik yang membakar batu bara, gas, dan minyak, angka yang ingin dipotong Tokyo sebesar 30 hingga 40 persen selama 15 tahun ke depan.
Hampir semuanya harus diimpor, yang mengakibatkan kerugian bagi Jepang sekitar $500 juta per hari dan menjadi rintangan bagi tujuan pemerintah untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
Berdasarkan rencana baru, energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin diperkirakan akan menyumbang 40 hingga 50 persen pembangkitan listrik pada tahun 2040.
Angka tersebut menandai lonjakan dari level tahun lalu sebesar 23 persen dan target sebelumnya untuk tahun 2030 sebesar 38 persen.
Berita Trending
- 1 Gawat, Kredit Macet Pinjol Kian Mengkhawatirkan, Jumlahnya Sangat Fantastis
- 2 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 3 Pendaftaran SNBP Jangan Dilakukan Sekolah
- 4 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji
- 5 Elon Musk Luncurkan Grok 3, Chatbot AI yang Diklaim 'Sangat Pintar'
Berita Terkini
-
Pemkab Biak bantu bibit sayuran warga OAP di kampung
-
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Gelar Perencanaan Percepat Capaian Pembangunan
-
Pemerintah Kabupaten Garut Menyiapkan Pangan Murah untuk Kebutuhan Jelang Ramadan
-
Persija Resmi Bermarkas di JIS
-
Pusdaslops Sumatera Utara Mencatat Lahan Pertanian dari 24 KK Terdampak Tanah Longsor