Jepang Dilanda Cuaca Panas Lampaui 35 Derajat Celcius
Seorang perempuan menggunakan payung untuk berlindung dari terik matahari saat melintasi persimpangan utama di kawasan perbelanjaan Ginza, di Tokyo, beberapa waktu lalu. Suhu di seluruh Jepang meningkat melampaui 35 derajat Celsius pada Minggu (18/8).
Foto: AFP/RICHARD A. BROOKSTOKYO - Suhu di seluruh Jepang meningkat melampaui 35 derajat Celsius pada Minggu (18/8). Pihak berwenang mengeluarkan peringatan ketat terkait risiko sengatan panas (heatstroke) dan mendesak warga untuk mengambil tindakan pencegahan.
Langit yang cerah dari Kyushu hingga Tohoku menyebabkan suhu meningkat dengan cepat, dengan beberapa daerah diperkirakan akan mengalami suhu tertinggi yang melebihi suhu tubuh normal di siang hari.
Seperti dikutip dari Antara, suhu tertinggi yang tercatat mencapai 36,6 derajat Celsius di Prefektur Wakayama, Jepang barat daya. Kota-kota seperti Kumamoto dan Nagoya juga mengalami cuaca panas yang ekstrem, dengan suhu mencapai 36,4 derajat Celsius, menurut prakiraan cuaca setempat.
Suhu di Nagoya diperkirakan mencapai puncaknya hingga 38 derajat Celsius, sementara di Tokyo suhu diperkirakan mencapai 35 derajat Celsius.
Peringatan Sengatan Panas
Sebagian besar wilayah Jepang, dari Okinawa hingga daerah Kanto-Koshin, masih berada di bawah peringatan sengatan panas pada Minggu. Warga disarankan untuk menghindari aktivitas luar ruangan di lingkungan yang tidak memiliki penyejuk udara, tetap terhidrasi, dan mengenakan pakaian yang ringan.
Sebelumnya diberitakan musim panas di Jepang tahun ini begitu membara dengan suhu yang mencapai di atas 35 derajat Celcius di seluruh wilayah Jepang di mana kondisi tersebut juga dirasakan oleh warga negara Indonesia (WNI).
Salah satu WNI, Mohamad Yusup mengatakan musim panas tahun ini begitu luar biasa padahal belum sampai puncak yang biasanya jatuh pada Agustus.
"Musim panas tahun ini yang saya rasakan luar biasa ya padahal ini baru di awal bulan Juli. Dalam sepekan ini panasnya begitu menyengat dan begitu terasa di kulit dan kepala. Ini musim panas yang luar biasa ditambah lagi kalau siang hari itu anginnya sedikit," kata WNI yang tinggal di Tokyo itu.
Yusup yang sudah bermukim di Jepang selama 16 tahun itu pernah melewati berbagai musim panas bahkan pada saat Ramadhan. Namun, dia mengaku, musim panas tahun ini ia pun waspada agar tidak terkena dehidrasi atau sengatan panas (heat stroke) sebab tahun lalu keluarganya sempat dilarikan ke rumah sakit.
"Tahun lalu, istri saya kepalanya pusing, mual-mual dan lemas. Akhirnya, setelah dibawa ke rumah sakit, harus diinfus seharian. Juga anak-anak saya pernah mengalami gejala-gejala semacam dehidrasi, seperti mual, kepala pusing, badan lemas, dan sebagainya," katanya.
Yusuf yang bekerja sebagai perawat rumah sakit pun menyebutkan angka pasien yang terkena sengatan panas meningkat, tidak hanya dialami oleh kelompok lansia dan anak-anak tetapi juga orang dewasa usia 30-an.
"Angka kejadian sengatan panas pasien yang masuk UGD itu banyak sekali. Biasanya ditandai dengan tekanan nadinya meningkat. Itu tanda awal dehidrasi," ujarnya.
Kondisi yang sama juga dialami Vidya Gatari, WNI yang tinggal di Prefektur Chiba, yang mengaku musim panas di Jepang tahun ini sangat hebat.
"Lebih sering berkeringat ketika di rumah meskipun kipas angin dinyalakan. AC pun harus disetel sekitar 15 derajat Celcius baru akan terasa sejuk. Leher terasa perih mungkin karena keringat berlebih yang diproduksi badan," ujarnya.
Dia dan keluarga juga sempat merasakan sengatan panas setelah menghabiskan waktu di luar lebih banyak yang ditandai dengan kepala terasa berat, mual, keluar keringat dingin bahkan demam yang naik turun selama dua hingga tiga hari.
"Dua tahun lalu, saya merasakan leher yang memerah dan perih di bulan-bulan musim panas. Tapi, mostly kami sekeluarga mudik atau traveling agar tidak merana di rumah," katanya.
Ibu satu anak itu mengaku musim panas saat delapan tahun lalu saat pertama kali dia ke Jepang tidak seekstrem tahun ini.
Demikian juga Izzah, WNI yang tinggal di Yokohama, mengaku musim panas tahun ini terasa menantang yang dipengaruhi juga pemanasan global yang berakibat musim semi yang bergeser serta berdampak pada musim hujan atau peralihan sehingga cuaca tak menentu.
"Suhunya enggak menentu, setelah hujan suhunya agak turun besoknya langsung naik drastis. Tahun ini beberapa kali merasa langsung pusing, sampai rumah enggak bisa ngapa-ngapain," ujar diaspora yang sudah bermukim di Jepang selama enam tahun ini.
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
- Pertamina Bawa UMKM Tempe Asal Sukabumi Mendunia
- Ketua Dewan Pembina SOKSI, Bamsoet: Rapat Pleno Diperluas SOKSI Tetapkan Munas XII SOKSI Digelar 20 Mei 2025
- Rayakan Perbedaan dan Keberagaman, Bintang Hadirkan Instalasi Imersif ‘Bintang Dunia Tanpa Syarat’
- Patrick Kluivert Kasih Masukan untuk Jersey Terbaru Timnas Indonesia
- 110 Ribu Akun Berpartisipasi Pilih Desain Jersey Timnas