Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral

Jepang dan Tiongkok Dialog soal Air Limbah Radioaktif Fukushima

Foto : AFP/JIJI PRESS/JAPAN OUT

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi TEPCO yang lumpuh di Okuma, Prefektur Fukushima, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

ANKARA - Jepang dan Tiongkok telah mengadakan pembicaraan mengenai air limbah radioaktif olahan dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh.

Dalam pembicaraan yang dilaksanakan di Dalian, Tiongkok timur laut pada Sabtu, kedua pihak memaparkan posisi mereka dan bertukar pendapat mengenai masalah teknis terkait air yang diolah, demikian dilaporkan Kyodo News dengan mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang.

Seperti dikutip dari Antara, pembicaraan ini adalah dialog tingkat pakar Jepang-Tiongkok pertama yang diakui secara publik mengenai masalah ini. Jepang mengulangi bahwa air limbah yang dibuang adalah kegiatan pemantauan radiasi berkelanjutan yang aman dan terperinci.

Pihaknya diwakili oleh pejabat Kementerian Luar Negeri, Ekonomi dan Perdagangan, serta Otoritas Regulasi Nuklir dan operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company Holdings Inc (TEPCO). Sementara Beijing diwakili oleh pakar dari organisasi riset.

Dalam pembicaraan pada November, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, setuju untuk mencari cara menyelesaikan masalah itu melalui konsultasi dan dialog.

Reaksi Keras

Jepang mulai membuang air limbah radioaktif olahan dari pembangkit tersebut pada Agustus, sehingga memicu reaksi keras dari Tiongkok dan pihak oposisi di Korea Selatan dan Kepulauan Solomon.

Beijing melarang impor hasil laut dari Jepang setelah Tokyo terus melanjutkan rencana pembuangan limbah. Pembangkit tersebut memiliki lebih dari satu juta ton air limbah olahan untuk dibuang dalam proses 30 tahun.

Pembangkit itu terpaksa ditutup setelah mengalami kecelakaan nuklir terbesar sejak Chernobyl pada 1986, setelah terjadi gempa dan tsunami pada 2011.

Operator itu bulan lalu mengatakan 5,5 ton air yang diperkirakan mengandung 22 miliar becquerel zat radioaktif itu telah bocor dari sebuah bangunan untuk mengolah air yang terkontaminasi. Insiden itu terjadi akibat kesalahan pekerja, tetapi tidak berdampak pada kesehatan staf atau lingkungan di luar pabrik.

Sebelumnya, pemerintah Jepang meminta berbagai pihak untuk dapat menggunakan istilah air olahan Advanced Liquid Processing System (ALPS) karena istilah limbah nuklir tidak berdasarkan bukti ilmiah.

Menurut keterangan tertulis Kedubes Jepang di Jakarta, Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) menegaskan penggunaan istilah harus dibedakan untuk menghindari kebingungan dalam masyarakat.

Pemerintah Jepang telah melepaskan air olahan ALPS dari PLTN Fukushima yang lumpuh ke laut dan dilakukan dengan saksama sejak Agustus 2023 serta telah dilaksanakan secara aman dan terencana berdasarkan standar internasional.

Pemerintah Jepang menegaskan pihaknya tidak pernah dan tidak mengizinkan pelepasan air olahan ALPS tersebut ke laut yang tidak memenuhi standar regulasi yang berdasarkan standar internasional.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top