Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Jepang Akan Menguji Klinis Obat Penumbuh Gigi

Foto : AFP/YOSHIKAZU TSUNO

Seorang dokter gigi dari Sekolah Kedokteran Gigi Universitas Showa mendemonstrasikan perawatan pada robot pasien gigi bernama Hanako Showa, di klinik gigi Universitas di Tokyo, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

TOKYO - Tim ilmuwan Jepang yang dipimpin oleh Rumah Sakit Kitano dan Rumah Sakit Universitas Kyoto, baru-baru ini mengumumkan rencana mereka untuk melakukan uji klinis obat penumbuh gigi pada bulan September. Obat ini dirancang untuk mengobati agenesis gigi, suatu kondisi di mana orang tidak memiliki gigi sejak lahir.

Dikutip dari The Straits Times, tim akan memberikan obat tersebut kepada 30 pria sehat yang telah kehilangan beberapa gigi untuk memastikan keamanan obat tersebut, sebelum mengujinya pada pasien berusia dua hingga tujuh tahun.

Mereka bertujuan memasarkan obat tersebut sekitar tahun 2030. "Jika berhasil, ini akan menjadi obat pertama di dunia yang dapat menumbuhkan gigi baru," kata tim tersebut.

Di Jepang, sekitar 120.000 orang diyakini menderita agenesis genetik, yang menyebabkan banyak gigi hilang. Jika kondisi ini tidak diobati, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan rahang dan bagian tubuh lainnya.

Artinya, gigi palsu anak-anak harus dibuat ulang beberapa kali seiring bertambahnya usia, dan setelah mereka mencapai usia dewasa, mereka mungkin harus memasang gigi tiruan langsung ke rahangnya.

Batasi Pertumbuhan

Dalam percobaan pada tikus, tim menemukan protein yang membatasi pertumbuhan gigi. Mereka menciptakan antibodi untuk memblokir protein tersebut, dan memberikannya kepada tikus dan anjing dengan agenesis gigi, yang kemudian menumbuhkan gigi. Gigi diyakini tumbuh dari jaringan yang diperlukan untuk perkembangan gigi, yang berhenti tumbuh karena protein.

Dalam uji klinis, tim akan memberikan obat atau plasebo secara intravena kepada pria berusia 30 hingga 64 tahun yang kehilangan sebagian giginya karena gigi berlubang atau alasan lainnya. Pihaknya akan memantau dampak buruk apa pun selama satu tahun.

Jika obat tersebut terbukti aman, tim akan melakukan uji klinis pada sekitar tahun 2026 pada sekitar 50 anak yang kehilangan empat gigi atau lebih untuk memverifikasi efektivitasnya.

Perawatan ini diperkirakan menelan biaya sekitar 1,5 juta yen. Tim akan melanjutkan penelitiannya dengan tujuan untuk merawat orang-orang yang kehilangan gigi karena gigi berlubang atau alasan lainnya.

"Kami ingin terus mendorong penelitian, dan menciptakan pilihan ketiga setelah gigi palsu dan implan gigi," ujar Kepala bedah gigi dan mulut di Rumah Sakit Kitano, Katsu Takahashi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top