Jejak Peninggalan Era Megalitikum
Kabupaten Fakfak juga memiliki banyak peninggalan budaya dan jejak sejarah. Di Distrik Kokas misalnya terdapat Situs Purbakala Tapurarang. Situs ini menjadi bukti bahwa pada zaman Megalitikum (2.500-1.000 sebelum Masehi) telah dihuni oleh manusia prasejarah.
Situs Purbakala Tapurarang yang seolah menguak tabir tentang kejadian masa lalu melalui lukisan beberapa cap tapak tangan dan kaki warna merah di dinding batu karang. Letaknya tebing yang hampir berdiri tegak lurus di tepi pantai membuat situs ini dengan mudah dilihat.
Situs Tapurarang berupa objek lukisan berupa telapak tangan, mata, telapak kaki, lumba lumba, cicak, tumbuhan, daun, wajah manusia, hingga bumerang. Lukisannya dengan gambar yang unik tersebut cukup menggambarkan manusia dan kesehariannya.
Teknik lukisannya pun unik. Objek-objek tersebut dibuat seperti disembur. Tintanya berwarna merah dan kuning. Bercak-bercak pewarna di tepian masing-masing objek lukisan dengan menggunakan pewarna alami.
Meski berada di pantai dengan terpaan panas, hujan, dan air garam, warna lukisannya tersebut tetap terjaga hingga saat ini. Warna merah pada lukisan tebing ini juga menyerupai warna darah manusia. Oleh karenanya masyarakat setempat juga sering menyebut lukisan tersebut sebagai lukisan cap tangan darah.
Keunikan tempat ini, selain adanya lukisan cap tangan berdarah ini, adalah adanya hutan bakau yang subur dengan air jernih yang mengalir sekelilingnya bersatu padu dengan tumbuhnya pohon-pohon besar yang rindang.
Ada juga ratusan spesies burung khas Papua seperti burung bangau, kakaktua, nuri, cendrawasih, semua hidup di alam bebas dan tidak takut untuk beterbangan diatas kepala Anda.
Selain jejak peninggalan prasejarah, jejak penjajahan Jepang (1942-1945) juga terlihat di Fakfak. Hal itu ditandai dengan adanya gua Jepang sisa peninggalan Perang Dunia II yang dibangun sebagai alat pertahanan melawan gempuran sekutu.
Gua Jepang dibangun dengan memanfaatkan tenaga penduduk setempat melalui sistem kerja paksa. Dari bentuknya, orang tidak akan menyangka bahwa tempat ini merupakan sebuah gua persembunyian. Pasalnya dari luar hanya terlihat tiga buah bunker pengintai berukuran 4 meter persegi.
Namun setelah masuk, pengunjung akan menemukan gua yang dibangun tepat menghadap laut. Dahulu, setiap kapal sekutu yang merapat di perairan Kokas dapat dipantau dengan sangat mudah oleh tentara Jepang dari gua ini.
Hingga saat ini gua Jepang Kokas masih terlihat asli dan tidak ada perubahan berarti kecuali pada pintu pagar di ketiga mulut gua. Pemerintah setempat pun telah menjadikan gua Jepang Kokas sebagai tempat wisata sejarah yang penting bagi kabupaten itu.
Bangunan bersejarah lainnya di Fakfak adalah Masjid Tua Patimburak yang berada di di Distrik Kokas, Fakfak, Papua Barat. Beberapa literatur sejarah Papua menyebutkan bahwa di tempat inilah awal pertama masyarakat Papua mulai mengenal Islam.
Dari manuskrip-manuskrip kuno di Jazirah Onin (Patimunin - Fakfak) diperkirakan masjid tersebut dibangun pada 1606 bersama dengan meluasnya kekuasaan Sultan Bacan dari Tidore kala itu.
Pada masa penjajahan Jepang, masjid ini bahkan pernah diterjang bom tentara Jepang. Hingga kini, kejadian tersebut menyisakan lubang bekas peluru di pilar masjid. Bangunan masjid memang dipertahankan termasuk empat pilarnya meski mengalami beberapa kali renovasi.
Arsitektur Masjid Tua Patimburak dipengaruhi arsitektur Belanda dan Jawa yang sangat kental. Hal ini terlihat pada kubah masjid yang menyerupai model atap gereja-gereja di Eropa, ventilasi masjid juga berbentuk lingkaran dan kayu di dinding masjid seperti bangunan kolonial. hay/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya