Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Jejak Kudeta Kerajaan di Jawa

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pemberontakan juga dilakukan penduduk yang tidak ingin wilayah diambil raja lain. Misalnya, yang terjadi di Kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Dyah Gitarja atau Tribhuwana Wijayatunggadewi. Pemberontakan dilakukan penduduk Sadeng dan Keta.

Semula Sadeng dan Keta masuk dalam wilayah bawahan Majapahit timur (pembagian wilayah ini terdapat dalam Perjanjian Songeneb yang dilakukan Raja Dyah Wijaya sebagai raja di Majapahit dan Bupati Songeneb, Aria Wiraraja. Hasil perjanjian, Dyah Wijaya menjadi raja di Majapahit barat. Sementara Aria Wiraraja sebagai raja Majapahit timur.

Tribhuwana Wijayatunggadewi mengganggap penduduk Sadeng dan Keta yang tidak mau tunduk, berarti melakukan pemberontakan. Tribhuwana Wijayatunggadewi berusaha menguasai daerah tersebut, karena kedua wilayah tersebut memiliki pelabuhan potensial yang diharapkan dapat menunjang perkembangan perekonomian Majapahit.

Akhirnya, pemberontakan ini dapat ditumpas pasukan Majapahit, sehingga Majapahit timur dapat disatukan kembali dengan Majapahit barat menjadi Kerajaan Majapahit seperti semula (hal 108). Dalam pemberontakan Jawa juga melibatkan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Contohnya, pemberontakan Pangeran Puger di Kasunanan Kartasura pada masa kepemimpinan Sunan Amangkurat III.

Pangeran Puger minta dukungan VOC untuk menjadi raja di Kasunanan Kartasura. Pangeran Puger beserta pasukannya memberontak Kasunanan Kartasura didukung VOC dan Pangeran Arya Mataram. Kemudian, pecahlah Perang Suksesi Jawa I antara Sunan Amangkurat III dan Pangeran Puger pada 1704-1708.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top