Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bisnis Ritel - Hero Group Akan Andalkan Merek seperti Hero Supermarket, Guardian, dan IKEA

Jangan Sampai Stok Menumpuk

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengaku belum menerima laporan secara resmi dari Giant atas kebijakan toko ritel tersebut yang menutup seluruh gerainya di Indonesia. Selama ini, bisnis Giant berkaitan erat dengan sektor industri makanan dan minuman (mamin).

Kendati belum mendapat laporan dari Giant, lembaga pembina sektor perindustrian tersebut tetap menyiapkan solusi jika peritel tersebut menyampaikan keluhan atau laporan secara resmi. Kemenperin berharap penutupan ini tidak mengganggu produksi.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri, menjelaskan penutupan satu gerai memang mempengaruhi Purchasing Managers Index (PMI) industri manufaktur. PMI Manufaktur merupakan indikator ekonomi yang mencerminkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur.

"Soal penutupan itu akan berdampak pada produksi maka kami akan merespons lebih jauh. Kami akan tawarkan solusi biar stok barang harus segera terdistribusi atau terjual. Intinya, jangan sampai ada penumpukan barang," ucap Febri saat ditemui di sela-sela acara Ekspor Tabung Oksigen ke India, di Jakarta, Jumat (28/5).

Kemenperin, terang Febri, belum bisa berkomentar lebih jauh karena informasi penutupannya belum lama ini. Namun, lanjutnya, Kemenperin tetap menyiapkan sejumlah solusi, termasuk mendorong peralihan ke penjualan online. Untuk menghindari penumpukan stok, pilihan lainnya bisa juga dalam bentuk ekspor.

Giant merupakan toko ritel modern dengan format hypermart. Perusahaan tersebut menyasar pelanggan skala besar.

Seperti diketahui, PT Hero Supermarket Tbk atau Hero Group memutuskan untuk menutup seluruh gerai supermarket Giant di Indonesia mulai akhir Juli 2021. Awalnya, Giant memiliki sekitar 15.000 karyawan. Akibat merugi, sejak dua tahun lalu, perusahaan melakukan rasionaliasi hingga terisisa sekitar 7.000 karyawan. Namun kini, perusahaan akan melepas sisa karyawan tersebut.

Tren Turun

Presiden Direktur PT Hero Supermarket Tbk (HERO), Patrik Lindvall, menuturkan keputusan tersebut tidak serta merta dilakukan tanpa melalui proses pertimbangan matang. Penurunan bisnis hypermarket, papar dia, bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi berlaku secara global dan regional.

"Kami sudah pertimbangkan ini sejak lama, dengan melihat tren bisnis hypermarket yang terus turun. Jadi, ini bukan keputusan semalam saja," ucap dia.

Hero Group, sambung Patrik, akan mengandalkan merek dagang lainnya, seperti Hero Supermarket, Guardian, dan IKEA berpotensi tumbuh. Lini usaha itu dipandang lebih berpeluang tumbuh dibanding Giant.

Dia menjelaskan tren belanja konsumen sekarang lebih ke toko dengan skala kecil, makanya mempertahankan Giant toko skala besar kian tak mudah. Kondisi ini terjadi di banyak negara. Belum lagi dengan minat belanja konsumen sekarang yang banyak beralih ke belanja online.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengatakan penutupan Giant tak terlepas dari dampak pandemi Covid-19. "Pandemi membuat mobilitas masyarakat terganggu. Ini yang membuat pergerakan masyarakat ke ritel terbatas," ujarnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top