Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I Vaksin Efektif Cegah Lonjakan Korona

Jangan Menjadikan Endemi Covid-19 sebagai Tujuan

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengingatkan negara-negara jangan hanya menjadikan endemi satu penyakit termasuk Covid-19 sebagai tujuan. Harus disadari, endemi bukan tanda keberhasilan, tapi sebetulnya satu situasi negara belum sukses terhadap satu penyakit.

"Negara-negara ngebet ingin status endemi pada penyakit Covid-19. Itu harus disadari bahwa endemi bukan tanda keberhasilan, tapi sebetulnya satu situasi negara belum sukses terhadap satu penyakit," kata Dicky, kepada Koran Jakarta, Jumat (24/2).

Dicky mengingatkan status endemi Covid-19 bisa jadi bahaya. Dia mencontohkan, penyakit berstatus endemi seperti malaria misalnya masih membahayakan.

"Satu endemi bukan berarti bagus. Bisa jadi bahaya, seperti malaria tetap penyakit itu menimbulkan kematian. Ada yang masuk ICU walau dalam jumlah tidak sebagian besar dalam epidemi atau pandemi," ujar Dicky.

Dicky mengungkapkan, status endemi Covid-19 sudah terjadi di beberapa negara. Meski begitu, status Covid-19 masih pandemi mengingat Public Health Emergency International Concern (PHEIC) belum dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Dia menerangkan penilaian penyakit menular butuh sebab bersifat retrospektif. Penilaian untuk mencabut status PHEIC butuh waktu tiga bulan. "Peluang dunia mencabut status PHEIC itu tiga bulan atau akhir April besar sekali peluang mencapai status itu," katanya.

Strategi Kesehatan

Dicky menambahkan, pertimbangan pencabutan status PHEIC di antaranya lonjakan kasus di Tiongkok beberapa waktu lalu tidak menghasilkan varian baru. Ini menunjukkan vaksin efektif, strategi kesehatan masyarakat efektif.

Dia mengingatkan, jika status PHEIC dicabut, bukan berarti bebas dari Covid-19. Menurutnya, masih ada potensi Kejadian Luar Biasa atau outbreak sebab cakupan vaksinasi, testing, dan tracing masih buruk.

"Apalagi ancaman long Covid nyata dan makin jelas. Ketika abai, negara sepersepuluhnya akan sakit-sakitan," tandasnya.

Penanganan dan pengendalian penyakit berstatus pandemi masih harus dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus.

Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berencana menemui pimpinan WHO pada Mei tahun ini untuk mendiskusikan rencana perubahan status pandemi menjadi endemi Covid-19 di Indonesia.

"Saya ingin ketemu dengan Kepala WHO sendiri nanti rencananya di bulan Mei, untuk bicara, kalau kita melakukan, apakah itu tepat atau proper atau caranya yang pas, timing-nya yang pas seperti apa," kata Menkes.

Menkes menjelaskan pihaknya telah berdiskusi dengan pejabat setingkat eselon satu di WHO terkait deklarasi endemi Covid-19 di Indonesia. Menurut WHO, organisasi di bawah PBB itu memberikan keputusan kepada pemerintah masing-masing negara.

Namun demikian, WHO memberikan catatan untuk menyelaraskan dengan negara-negara lain yang berencana mengubah status menjadi endemi. Sejauh ini, dua negara yang sudah berencana mendeklarasikan status endemi Covid-19 adalah Jepang dan Amerika Serikat.

"Karena ini kan pandemi dunia, akan lebih baik kalau kita koordinasi bersama antara negara-negara dunia," kata Menkes.

Sebelumnya, Menkes berniat menjalin pembicaraan lebih intensif bersama Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, terkait isu endemi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top