Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Bisnis - Gajah Tunggal Alokasikan Capex 2018 Sebesar 40 Juta Dollar AS

Jaga Pasokan Bahan Baku, GJTL Akusisi Filamendo

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengakuisisi 92,9 persen saham PT Filamendo Sakti milik PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG). Hal ini dilakukan untuk menjamin pasokan, menjaga kualitas serta menurunkan biaya produksi guna melanjutkan integrasi vertikal hulu rantai produksi. Filamendo merupakan produsen benang filament nilon 6 yang merupakan bahan baku utama kain ban.

Direktur Gajah Tunggal, Catharina Widjaja, mengatakan akuisisi Filamindo mengacu pada restrukturisasi bisnis Perseroan di tahun 2004. Dalam hal ini, Filamindo adalah salah satu operating asset yang belum dimasukkan dalam buku keuangan Perseroan. Namun secara material, Perseroan telah membeli benang filament dari mereka.

"Jadi tidak terlalu besar dampaknya karena hanya merupakan productive asset kami sekarang. Jadi akuisisi ini hanya dalam buku saja," ungkapnya, di Jakarta, Selasa (28/8). Pada tahun ini, Perseroan memperkirakan penjualan bisa tumbuh 5-10 persen dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan itu mengacu pada peningkatan volume penjualan terutama di pasar domestik.

"Saat in kami tidak ada kenaikan harga jadi dominannya lebih banyak dari kenaikan volume penjualan saja," imbuhnya. Sementara profit margin diperkirakan double digit. Ditambahkannya, apa yang sudah dicapai Perseroan pada semester pertama akan dijaga hingga akhir tahun. Adapun untuk EBITDA lantaran rupiah sedang melemah maka diharapkan sebesar 130 juta dollar AS.

Pada tahun ini Perseroan pun tidak mengalokasikan belanja modal (capital expendicture/capex) yang cukup besar hanya 30-40 juta dollar AS diperuntukkan bagi maintenance saja.

Pasar Ekspor

Untuk ekspansi bisnis Perseroan di tahun ini, Catharina menuturkan belum terlalu agresif ke negara-negara baru, sebab permintaan dari negara-negara eksisting saja sudah cukup baik. Perseroan pun memprioritaskan kepada negara ekspor yang sudah ada saat ini.

Meski begitu, ekspor Perseroan tidak berhenti di situ saja, sebab pihaknya masih terus menjajaki bilamana ada kesempatan baru untuk negara-negara ekspor. Terkait depresiasi rupiah di semester kedua, Caharina menjelaskan secara operasional memang ada sedikit kendala. Sebab, 40 persen pendapatan dari ekspor sebanyak 70 persennya menggunakan bahan baku berdenominasi dollar AS.

Akan tetapi, merujuk pada utang Perseroan sebesar 500 juta dollar AS, sebesar 250 juta dollar AS sudah dilakukan lindung nilai (hedging). "Jadi dari 500 juta dollar AS itu, 250 juta dollar AS merupakan bond. Sisanya, 250 juta dollar AS adalah utang sindikasi," jelas dia.

Dia memaparkan dari 250 juta dollar AS utang sindikasi memiliki proporsi 210 juta dollar AS sudah dilakukan foreign exchange hedge. Sisanya 40 juta dollar AS merupakan utang dalam denominasi rupiah.

"Separuh dari utang Perseroan sudah di-hedge, namun memang tiap kuartal akan terjadi karena tergantung dari kurs pada saat tutup buku per kuartal," pungkasnya.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top