Italia Keluar dari Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
MILAN - Italia secara resmi menarik diri dari inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) global Tiongkok yang berupaya memperdalam hubungan dengan negara-negara asing melalui investasi infrastruktur, media Italia melaporkan pada Rabu (6/12).
Dikutip dari Associated Press, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni sebelumnya telah mengisyaratkan niat Italia untuk menarik diri dari perjanjian tersebut. Surat kabar Corriere della Sera melaporkan bahwa surat berisi pemberitahuan resmi telah dikirim ke Beijing dalam beberapa hari terakhir. Kantor Meloni menolak mengomentari berita tersebut.
Italia menjadi negara G7 pertama yang menandatangani inisiatif ini pada 2019, ketika pemerintahan yang dipimpin partai Gerakan Bintang Lima yang populis dan anti-kemapanan mempromosikan inisiatif tersebut sebagai cara untuk meningkatkan perdagangan dengan Tiongkok sekaligus mendapatkan investasi dalam proyek infrastruktur besar.
Pada tahun-tahun berikutnya, defisit perdagangan Italia dengan Tiongkok telah membengkak dari 20 miliar euro menjadi 48 miliar euro. Investasi di pelabuhan-pelabuhan Italia yang diberitakan di berita utama surat kabar tidak pernah tercapai.
Meloni, yang menjadi oposisi pada saat itu, sejak awal menentang kesepakatan tersebut. Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan pada musim panas ini bahwa Italia belum "mendapatkan hasil yang baik" dari perjanjian tersebut.
Para analis mengatakan Italia mempunyai sedikit insentif untuk melanjutkan pakta tersebut, dan Tiongkok dapat kembali menggunakan narasi menyelamatkan muka Italia yang keluar dari perjanjian tersebut karena tekanan AS.
Inisiatif ini melibatkan perusahaan-perusahaan Tiongkok yang membangun transportasi, energi, dan infrastruktur lainnya di luar negeri yang didanai oleh pinjaman bank pembangunan Tiongkok.
Tiongkok telah membangun pembangkit listrik, jalan raya, rel kereta api, dan pelabuhan di seluruh dunia serta memperdalam hubungan Tiongkok dengan Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah.Hal ini merupakan bagian utama dari dorongan Presiden Tiongkok Xi Jinping agar Tiongkok memainkan peran yang lebih besar dalam urusan global.
Lebih dari 150 negara telah menandatangani perjanjian Belt and Road dengan Tiongkok.
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya