Ishiba Mungkin Lanjutkan Kebijakan Pendahulunya
Shigeru Ishiba
Foto: AFP/JIJI PRESSTOKYO - Perdana Menteri Jepang berikutnya, Shigeru Ishiba, sempat membuat para pengamat ketakutan selama kampanye dalam upayanya untuk menggantikan Fumio Kishida, dengan ide-ide yang tidak biasa seperti pembentukan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) versi Asia.
Namun para analis yakin bahwa Ishiba, 67 tahun, yang terpilih sebagai pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa pada tanggal 27 September lalu dan akan dilantik oleh parlemen sebagai perdana menteri pada 1 Oktober, akan menempuh jalan yang sama seperti pendahulunya dan menghindari membuat kegaduhan yang terlalu agresif.
"Bahkan mantan Menteri Pertahanan Jepang itu mengisyaratkan bahwa ia siap untuk mengurangi pendekatannya dalam konferensi pers pasca-kemenangan, dengan mengatakan bahwa masih banyak ruang untuk opsi lain," ungkap para analis pada Sabtu (28/9).
Ishiba pernah mengatakan kepada wartawan bahwa gagasan NATO versi Asia dimaksudkan untuk memastikan keamanan kolektif pada saat pengaruh dan kehadiran Amerika Serikat (AS) di kawasan tersebut tidak dapat dianggap remeh.
Namun gagasannya tentang NATO di Asia telah dikritik habis-habisan sebagai tidak realistis oleh sesama kandidat selama kampanye.
"Jepang menghadapi banyak masalah keamanan dan prioritas kami haruslah melindungi rakyat kami," kata dia, seraya menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk memperkuat kemitraan dan perjanjian pertahanan yang ada dan tumpang tindih di kawasan tersebut.
Kaji Ulang
Ishiba juga mengatakan bahwa ia akan mengkaji ulang Perjanjian Status Pasukan (Sofa) yang mencakup pasukan AS yang ditempatkan di Jepang, menyusul serangkaian kejahatan kekerasan oleh personel AS di Okinawa. Saran lainnya adalah mendirikan pangkalan pelatihan bagi Pasukan Bela Diri Jepang di wilayah AS.
Namun, peneliti senior Tetsuo Kotani dari lembaga pemikir Japan Institute for International Affairs merasa bahwa Ishiba pada akhirnya akan terikat oleh pertimbangan praktis.
Untuk satu hal, diplomasi memerlukan dua tangan untuk bertepuk, dan Ishiba akan merasa sulit untuk secara sepihak memetakan arah kebijakan yang tidak mendapat dukungan dari negara-negara sahabat.
"Mengingat lingkungan keamanan di sekitar Jepang, tidak akan ada banyak ruang baginya untuk bermanuver selain mengikuti lintasan yang ada untuk memperkuat kemitraan," ungkap Kotani. "Saya sangat skeptis bahwa ia akan meneruskan ide-ide tersebut apalagi para pembantunya juga memiliki ide-ide tradisional terhadap kebijakan luar negeri, dan mereka mungkin akan mencoba membujuknya untuk tidak melakukannya."
Menurut Dr Sota Kato, direktur penelitian di lembaga pemikir The Tokyo Foundation for Policy Research, mencatat bahwa Ishiba telah membuat janji yang jelas kepada Kishida bahwa ia akan melanjutkan banyak kebijakannya karena ia memandang pencapaian pendahulunya secara positif.
Apakah ini hanya taktik untuk memenangkan suara, tidak ada yang tahu, tetapi Dr Kato merasa akan sangat bodoh Ishiba membantah pencapaian diplomatik dan pertahanan mantan PM Kishida. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 2 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 3 Natal Membangun Persaudaraan
- 4 Gelar Graduation Development Program Singapore 2024, MTM Fasilitasi Masa Depan Lebih Baik untuk Pekerja Migran
- 5 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
Berita Terkini
- Ini Awal Mula Minuman Beralkohol, Jejak Bir Beras Berusia 10.000 Tahun Ditemukan di China Timur
- Mai Hang Food Festival Jadi Ajang Promosi Kuliner Lokal Labuan Bajo
- Aksi KKB Makin Brutal, Lakukan Penyerangan yang Membuat Dua Anggota Polri Gugur
- Sisi Gelap AI: Unggahan Terakhir Pembuat ChatGPT yang Mati Mendadak Menjadi Viral
- Jangan Sampai Punah, Penampakan Ikan Lele Raksasa Mekong yang Langka di Kamboja