Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aksi Korporasi - Emiten ITIC Masih Mengandalkan Pasar Domestik sekitar 95 Persen

IPO Indonesian Tobacco Kelebihan Permintaan 165 Kali

Foto : Koran Jakarta/M Fachri

SAHAN PERDANA - Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Laksono W Widodo (kedua dari kanan) menyerahkan sertifikat pencatatan saham kepada Komisaris Utama PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC), Shirley Suwantinna (kanan) disaksikan Direktur Utama Djonni Saksono (kedua dari kiri) dan Komisaris Independen Samsul Hidayat usai pencatatan saham perdana ITIC di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/7).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Lantai bursa kedatangan emiten baru lagi, yakni PT Indonesian Tobacco Tbk usai melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/ IPO). Perseroan menjadi emiten ke-19 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2019 dan emiten ke-635 yang tercatat di BEI dengan kode sahan ITIC.

Perseroan berhasil menghimpun dana segar sebesar 60,01 miliar rupiah dengan harga IPO sebesar 219 rupiah, usai melepas 274,06 juta saham ke publik atau setara 29,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham ITIC mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 165 kali dalam penjatahan terpusat (pooling allotment).

Presiden Direktur Phillip Sekuritas Indonesia, Daniel Tedja, mengatakan IPO ITIC sangat atraktif dan banyak diserap oleh investor lokal. Proporsi penyerapan antara investor institusi dan ritel hampir sama yakni 50:50. "Untuk Price to Book Value (PBV) atau rasio harga terhadap nilai buku kami sudah di atas 2-3 kali lebih dan ini lumayan atraktif," ungkapnya, di Jakarta, Kamis (4/7).

Saham ITIC masuk dalam sektor consumer goods. Menurut Daniel, kinerja sektor consumer goods sampai akhir tahun masih akan bagus. Apalagi untuk ITIC sendiri dengan pangsa pasar yang baru 10 persen dari populasi jumlah penduduk Indonesia, sehingga pasarnya masih besar untuk domestik. "Sektor consumer goods itu selalu paling enak dan decision terhadap inflasi atau apa pun itu.

Seharusnya masih growingsampai akhir tahun dan sektor perusahaan ini mengacu pada industrinya masih memiliki potensi yang besar," kata dia. Memang, dari sisi pergerakan saham emiten yang memiliki bidang usaha seperti Perseroan tentu ada beberapa yang bagus dan tidak.

Akan tetapi dari segi kompetitor, perusahaan pengolahan tembakau iris seperti Perseroan belum ada yang tercatat di Bursa dan ini merupakan yang pertama. "Perseroan juga merupakan market leader di industrinya," kata dia.

Pasar Domestik

Sementara itu, Direktur Utama Indonesian Tobacco, Djonny Saksono, mengutarakan saat ini porsi penjualan domestik masih sangat luas dan mendominasi ketimbang ekspor. Apalagi, masih banyak wilayah di Indonesia yang belum digarap sehingga Perseroan akan fokus di pasar domestik.

"Penjualan domestik masih mendominasi sekitar 95 persen dan ekspor 5 persen. Ini yang akan kita tingkatkan karena kita ingin membuka pasar-pasar baru di domestik. Kalau keluar negeri itu bekerja sama dengan perusahaan di sana. Bagaimanapun produk ini tidak sama dengan produkproduk umum lainnya. Ini harus dikerjakan dengan intensif dan baik sehingga perlu partner di sana," ujar Djonny.

Untuk ekspor ada beberapa alternatif dan bentuknya merupakan produk jadi yang sudah diproses. "Ini adalah rencana strategis jangka panjang sehingga kita harus mencari dan menyeleksi partner-partner kita dengan hati-hati. Kita dapat partner yang tepat sehingga bisa tumbuh bersama," imbuh Djonny.

Terkait ekspor tersebut, bisa dilakukan dengan cara menyuplai bahan baku atau membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV). Itu semua ada opsinya, tergantung situasi dan kondisi di negara masing-masing.

"Joint venture di sini bukan dalam arti modal atau investasi, tetapi usaha, sehingga lebih pada upaya pemasaran atau marketing. Kalau lebih menguntungkan joint venture maka akan lebih pilih itu," ujar Djonny. Sebagaimana diketahui, Perseroan berencana melakukan ekspor ke Tiongkok dan India.

Kendati demikian, Djonny belum bisa memperkirakan pertumbuhan penjualan ekspor di tahun ini, namun mengacu pada populasi jumlah penduduk India sekitar 1,5 miliar jiwa maka pasarnya sudah enam kali lipat dari jumlah penduduk Indonesia, begitu pula ekspor ke Tiongkok.

"Kita tidak perlu mengambil market share yang terlalu besar, sebab 1-2 persen saja bagi kita sudah luar biasa peningkatannya. Itu yang kita upayakan tentunya kalau langkah tercapai," ucap Djonny.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top