Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral

Intelijen Russia Dituntut Amerika Serikat

Foto : AFP/Maxim Zmeyev

Sambut Pertemuan l Boneka khas Russia, Matryoshka, bergambar Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, dipajang di sebuah kedai di Pasar Loak Izmailovo di Moskwa, Jumat (13/7) lalu. Pada Senin (16/7) ini, Presiden Trump akan melakukan pertemuan dengan Presiden Putin di Helsinki, Finlandia.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Dua belas pejabat intelijen Russia dituntut telah meretas kampanye Hillary Clinton dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016 dan laman milik Partai Demokrat. Tuntutan ini diajukan selang beberapa hari sebelum terjadi pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Russia, Vladimir Putin, di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7) ini.

Tuntutan-tuntutan itu diajukan oleh penasihat khusus Robert Mueller, eks direktur FBI yang sedang menyelidiki turut campurnya Russia dalam pemilu November 2016 dan mencari tahu apakah ada tim kampanye Trump yang berkolusi dengan Moskwa.

Atas dilayangkannya tuntutan itu, para petinggi Demokrat segera menyerukan agar Trump membatalkan rencana pertemuannya dengan Presiden Russia. "Presiden Trump harus membatalkan pertemuan dengan Vladimir Putin hingga Russia bisa membuktikan dan mengambil langkah-langkah yang transparan untuk membuktikan bahwa mereka tak akan lagi turut campur dalam pelilihan umum di masa yang akan datang," kata ketua senat minoritas Demokrat, Senator Chuck Schumer.

Namun walau ada seruan dari Schumer, Gedung Putih menyatakan pertemuan Trump-Putin akan terus berlangsung.

Dalam tuntutan setebal 29 halaman yang dikeluarkan pada Jumat (13/7) menyatakan bahwa dinas intelijen militer Russia (GRU) telah melakukan operasi siber untuk mencuri dokumen dan email dari tim kampanye Hillary dan Partai Demokrat.

"Sejauh ini tak ada tuduhan pelanggaran hukum terhadap warga negera AS dalam tuntutan ini," kata Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein, saat mengumumkan tuntutan itu dalam konferensi pers di Washington DC. "Yang terjadi adalah para konspirator telah berkorespondensi dengan sejumlah warga AS yang mengarahkan konspirasi melalui internet," imbuh dia.

Atas dikeluarkannya tuntutan itu, Trump telah mengeluarkan respons dengan menyalahkan pemerintahan mantan Presiden Barack Obama karena telah lalai untuk bertindak. "Mengapa mereka tak bertindak, terutama saat FBI melaporkan pada Presiden Obama pada September sebelum dilaksanakan pemilu?" cuit Trump di media sosial pada Sabtu (14/7).

Ancaman Demokrasi

Selain datang dari kubu Demokrat, senator dari kubu Republik, John McCain, juga menyerukan pertemuan Trump-Putin memang harus dibatalkan. "Trump tak siap untuk memperingatkan Putin bahwa ada konsekuensi yang amat serius dari agresi terhadap AS dan demokrasi di seluruh dunia," kata McCain.

Saat masih ada di Inggris sebelum keluar tuntutan, Presiden Trump mengatakan akan bertanya pada Presiden Putin atas tudingan turut campurnya Russia dalam pemilu di AS pada 2016. "Saya akan mengajukan pertanyaan dan saya harap kita bisa menjalin hubungan baik dengan Russia," pungkas Trump.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top