Ini Cara Mudah untuk Kurangi Kebiasaan Buruk Akibat Stres di Tempat Kerja
Psikolog Sukmayanti Rafisukmawan, M.Psi, saat menjadi narasumber dalam diskusi bertema "Membangun Kesadaran Risiko Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja" yang digelar oleh komunitas Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo), di Jakarta.
Foto: ANTARA/HO-MasindoJakarta - Psikolog Sukmayanti Rafisukmawan menilai untuk mengurangi kebiasaan buruk akibat stres di tempat kerja, perlu adanya penguatan literasi terhadap masyarakat mengenai konsep pengurangan risiko contohnya dengan menerapkan pola hidup yang sehat.
"Penerapan dari konsep tersebut seperti menerapkan pola hidup yang sehat. Contohnya mengonsumsi sayur dan buah, mengurangi konsumsi kopi dengan gula yang berlebihan secara perlahan, maupun beralih ke produk-produk tembakau alternatif bagi pekerja yang kesulitan untuk mengurangi kebiasaan merokok," kata Sukmayanti Rafisukmawan, dalam keterangan, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, jika berhenti merokok secara langsung, perokok akan mengalami gejalarelapseyangakan memunculkan kegelisahan dan membuat seseorang tidak bisa berkonsentrasi.
"Untuk yang merokok, memang sangat sulit untuk berhenti total, malah akan mengakibatkan gejala-gejala yang lebih buruk. Oleh sebab itu, perlu mengurangi kebiasaan berisiko tersebut secara perlahan, dengan menggunakan produk-produk yang telah terbukti secara ilmiah menurunkan risiko kesehatan seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan sambil terus melakukan konseling dengan psikolog," katanya.
Sementara Pakar Kesehatan Publik dan Ahli Kesehatan Keselamatan Kerja dr. Felosofa Fitrya mengatakan sebagian besar waktu produktif orang dewasa dihabiskan di tempat kerja.
Felosofa menekankan pentingnya pendekatan pengurangan risiko kesehatan mental di tempat kerja.
"Perusahaan perlu menyediakan layanan konseling gratis seperti programEmployee AssistanceProgram (EAP) untuk membantu karyawan menghadapi tekanan di lingkungan kerja," kata dia.
Menurut dia, dari sisi karyawan, mereka dapat mulai mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan berisiko akibat tekanan pekerjaan seperti konsumsi makanan dengan nutrisi yang tidak seimbang, minim aktivitas fisik, hingga kebiasaan merokok.
Dengan demikian, para pekerja bakal lebih memperhatikan kesehatannya, baik fisik maupun mental, dan secara sadar membuat pilihan berdasarkan pertimbangan aspek pengurangan risiko.
"Ketika konseling dengan karyawan yang mengalami stres tinggi, kami selalu mengajarkan untukself-healingdengan menyadari napas dan hasilnya cukup positif, katanya.
Adapun pada karyawan yang stres dan larinya merokok, menurut dia, selalu disarankan untuk beralih ke produk yang menerapkan pengurangan risiko seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan karena tidak menghasilkan tar sehingga bisa mengurangi risiko bahaya kesehatan.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Menang Dramatis 2-1, Atletico Madrid Gusur Barcelona dari Puncak Klasemen La Liga
- 7 Ramuan Tradisional yang Efektif untuk Pengobatan Infeksi Telinga
- Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina ke Semifinal Asean Cup 2024
- Solusi Tepat untuk Kesehatan Mental, Ini 5 Ramuan Alami untuk Atasi Gangguan Kecemasan
- Warga yang Mudik Diimbau Titip Rumah kepada Polisi