Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Inggit Garnasih Antar Soekarno ke Gerbang Kemerdekaan

Foto : Koran Jakarta / Teguh Rahardjo

Museum Inggit Garnasih - Seorang pengunjung sedang melihat fotofoto Inggit Garnasih bersama Soekarno, di Museum Inggit Garnasih, Kota Bandung, Senin (14/8).

A   A   A   Pengaturan Font

Inggit Garnasih, istri dari Presiden pertama, Ir Soekarno, dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Porib, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat. Inggit tidak dimakamkan di taman makam pahlawan, seperti halnya para pejuang kemerdekaan.

Sebelum meninggal dunia tahun 1984, Inggit adalah perempuan yang menjadi penyokong Soekarno dalam semua kebutuhannya menyelesaikan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga mengantarnya ke gerbang kemerdekaan. Inggit sebenarnya pantas disejajarkan dengan para pahlawan nasional yang dikuburkan di taman makam pahlawan. Inggit lahir pada tanggal 17 Februari 1888. Upaya menjadikan Inggit sebagai pahlawan nasional pun hingga saat ini masih belum berhasil.

Seakan peran Inggit belum cukup untuk menjadikannya sebagai pahlawan nasional, seperti halnya RA Kartini. Ia hanya lebih dikenal hanya sebagai istri kedua dari Bung Karno. Bintang Maha Putra Utama adalah bentuk penghargaan tertinggi yang diterimanya dari pemerintah. Dalam sebuah buku berjudul Kuantar ke Gerbang karya novelis Ramadhan KH, diceritakan seorang Soekarno tidak akan bisa menjadi besar bahkan menjadi pendiri bangsa tanpa jasa Inggit. Inggitlah yang membantu mendanai semua aktivitas kegiatan politik hingga membiayai kuliah Soekarno di ITB.

Inggit setia mendampingi Soekarno saat di penjara dan diasingkan. Tanpa Inggit, kita mungkin tidak akan mengenal Soekarno sebagaimana kita mengenal dan memujanya sekarang. Bagaimana Inggit memainkan perannya dalam sejarah Indonesia juga dikutip oleh Prof Poeradisastra ketika menuliskan kata pengantarnya pada novel Kuantar ke Gerbang.

Ia menulis "Separuh dari semua prestasi Soekarno dapat didepositokan atas rekening Inggit Garnasih di dalam Bank Jasa Nasional Indonesia. Inggit telah menjalankan tugasnya dengan sempurna, lebih dari seorang istri." Ia tidak memiliki seorang anak, namun memiliki anak angkat. Dari keturunan anak angkatnya yang bernama Ratna Djuami, koleksi kenangan Inggit dapat dilihat di sebuah rumah kenangan yang kini difungsikan sebagai museum, yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Jabar melalui Museum Sri Baduga.

Terletak di Jalan Inggit Ganarsih Nomor 174. Tampak tidak ada yang istimewa, hanya ada papan pemberitahuan di bagian depan rumah kecil di kawasan Jalan Ciateul, Astana Anyar, Kota Bandung. Padahal itulah rumah yang pernah ditinggali Bung Karno.

Jadi Nama Jalan

Penghargaan terhadap Inggit diberikan dengan mengubah jalan Ciateu menjadi Jalan Inggit Garnasih. Bagi yang baru pertama kali menyambanginya, cukup sulit untuk mengetahui keberadaan museum tersebut. Namun, jika bertanya kepada warga, akan banyak yang sukarela menunjukkan rumah Inggit. Memasuki bagian dalam rumah tersebut, sama sekali tidak ditemui adanya meja atau kursi, yang pernah digunakan Soekarno atau Inggit. Tidak pula ada dipan tidur atau perlengkapan dapur.

Hanya ada batu sebagai alat pembuat jamu, dan itu pun hanya replika saja. Inggit dikenal piawai membuat jamu. Sejumlah foto yang dipajang di dinding dalam rumah menjadi kenangan yang dapat bercerita. Foto hitam putih yang dibingkai dan diberi keterangan di bagian bawahnya hanya memberikan sedikit informasi terkait kenangan Inggit dan Soekarno. Beberapa foto bercerita tentang Inggit yang selalu mendampingi Soekarno selama pengasingan oleh Belanda atau dipenjara. Seperti saat diasingkan di Penjara Banceuy, ke Ende di Flores, dan Bengkulu. Juru pelihara rumah Inggit, Jajang mengatakan menjelang Agustusan, ada peningkatan kunjungan ke Museum Inggit Ganaarsih, sekadar bernostalgia. Tidak ada acara khusus untuk itu. Namun, RT setempat biasanya menyiapkan berbagai lomba kerakyatan, termasuk panjat pinang tidak jauh dari museum.

Upaya mengajukan Inggit sebagai pahlawan nasional beberapa kali diajukan oleh Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jabar. Sudah banyak penjelasan dan penelitian ilmiah yang disampaikan kepada pemerintah agar gelar pahlawan nasional bisa diberikan. Sejarawan asal Bandung yang juga Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia Jabar, Nina Herlina Lubis, belum lama ini mengatakan jika peran Inggit dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak terlihat pada perjuangan fisik. Peran sebagai pendamping Presiden Soekarno selama menjalani proses kemerdekaan yang membuatnya layak mendapatkan gelar pahlawan. Menurutnya, ada banyak syarat untuk dicap sebagai pahlawan nasional, di antaranya memimpin perjuangan senjata mewujudkan kemerdekaan, perjuangan dilakukan semasa hidupnya, dan pengabdian mempunyai jangkauan luas dan nasional.

Inggit, yang menemani Soekarno sejak sekolah di ITB hingga pembuangan di Ende dan Bengkulu, sangat memengaruhi usaha menuju kemerdekaan Indonesia. Sering kali Inggit memberikan semangat dan biaya materiil agar Soekarno terus melanjutkan pelajarannya serta tetap aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Inggit bahkan menjadi tulang punggungnya. Menurut Nina, perjuangan itu tidak cukup bila hanya dihargai Bintang Maha Putera Utama. Inggit sangat layak dianugerahi oleh pemerintah Indonesia dengan gelar pahlawan nasional. teguh rahardjo/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top