Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Pemerintah

Inflasi Argentina Capai 124 Persen saat Krisis Biaya Hidup Kian Parah

Foto : ISTIMEWA

Argentina

A   A   A   Pengaturan Font

BUENOS AIRES - Tingkat inflasi tahunan Argentina melonjak menjadi 124,4 persen pada Agustus 2023 dan mencapai level tertinggi sejak 1991. Kondisi ini memicu krisis biaya hidup yang menyakitkan di negara Amerika Selatan tersebut.

Melonjaknya harga-harga, yang lebih tinggi dari perkiraan, memaksa pembeli yang terpukul untuk menghadapi tantangan harian guna menemukan penawaran dan pilihan yang lebih murah karena kenaikan harga meninggalkan perbedaan besar dari satu toko ke toko lainnya, dengan diskon yang tersebar untuk memikat pembeli.

Seperti dikutip dari Antara, angka inflasi bulanan pada Agustus sebesar 12,4 persen - angka yang cukup mengejutkan bahkan sebagai angka tahunan di sebagian besar negara di seluruh dunia - mendorong tingkat kemiskinan melampaui 40 persen dan memicu kemarahan pada elite politik tradisional menjelang pemilu Oktober.

Setiap hari barang-barang menjadi semakin mahal, seperti selalu berpacu dengan waktu, mencari dan mencari. Anda membeli apa pun yang lebih murah di satu tempat dan pergi ke tempat berikutnya dan membeli sesuatu yang lain," kata Laura Celiz saat berbelanja bahan makanan di Tapiales di pinggiran Buenos Aires.

Suaminya, Fernando Cabrera (59 tahun), sedang menghitung dengan kalkulator untuk membandingkan harga buah dan sayur. "Dengan cara ini, kami mencoba untuk mengalahkan inflasi atau setidaknya sedikit bersaing dengannya," tambahnya.

Meningkat Tajam

Jajak pendapat para analis bank sentral, yang dirilis setelah data tersebut, memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan berada di atas 169 persen, peningkatan tajam dari perkiraan sebulan sebelumnya sebesar 141 persen. Mereka memperkirakan inflasi bulanan sebesar 12 persen pada September dan 9,1 persen pada Oktober.

Argentina terjebak dalam siklus krisis ekonomi, dengan hilangnya kepercayaan terhadap peso yang menyebabkan depresiasi terus-menerus, inflasi tiga digit, cadangan bank sentral negatif, dan perekonomian yang lesu akibat kekeringan yang melanda sektor pertanian.

Negara ini juga sedang berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan senilai 44 miliar dollar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan menghadapi kemungkinan tuntutan hukum senilai 16 miliar dollar AS setelah keputusan pengadilan AS terkait pengambilalihan perusahaan energi YPF oleh negara satu dekade lalu.

Hal ini berdampak pada persaingan menuju pemilihan presiden bulan depan, dengan libertarian radikal Javier Milei menjadi kandidat terdepan di depan calon menteri ekonomi, Sergio Massa dan Patricia Bullrich yang konservatif.

Dan inflasi sendiri masih bisa menjadi lebih buruk di tengah ketidakpastian pemilu, yang telah menghidupkan kembali ingatan akan hiperinflasi pada tahun 1980-an di antara mereka yang pernah mengalaminya.

"Beberapa perkiraan mengatakan inflasi bisa meningkat hingga 180 persen, itulah sebabnya kita berbicara tentang rekor tingkat inflasi," kata analis ekonomi local, Damian Di Pace, seraya menambahkan negara-negara lain di kawasan ini melihat inflasi mereda.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top