Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Cegah Deindustrialisasi Butuh Komitmen Kuat Pemerintah

Industrialisasi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Stagnan

Foto : ANTARA/Hafidz Mubarak A

Bambang Brodjonegoro

A   A   A   Pengaturan Font

"Yang sebenarnya membuat Indonesia tumbuh di atas 7 persen dan stabil, juga disebut sebagai macan Asia adalah manufaktur," ujar Bambang, di Jakarta, Kamis (22/11). Setelah krisis, lanjut dia, industri manufakur mengalami kolaps akibat krisis rupiah yang sangat tajam sehingga banyak industri tidak bisa bertahan dan bangkrut.

Kemudian, imbuh Bambang, era komoditas muncul. Batu bara dan minyak kelapa sawit menjadi primadona. Indonesia dianggap terlalu agresif untuk memanfaatkan batu bara. Meskipun bukan produsen batu bara terbesar, Indonesia malah menjadi negara eksportir batu bara terbesar. "Jadi, kita ada tendensi over eksploitasi," ungkap Bambang.

Akibat terbuai dengan dua komoditas itu, upaya membangun kembali manufaktur pun terbengkalai. Indonesia juga belum selesai mengembangkan industrialisasi. "Padahal semua negara maju, di luar negara Arab yang kaya minyak, ekonomi besar itu negara yang sumbangan manufakturnya signifikan," tukas dia.

Bambang menilai yang terjadi di Indonesia saat ini bukan reindustrialisasi, melainkan prematur industrialisasi. Kontribusi manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini hanya 20 persen, padahal di era sebelum krisis 1998 sumbangannya bisa mencapai 30 persen.

Di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, Bappenas menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen, karena iklim global saat itu sangat bagus, harga komoditas sedang tinggi, ditambah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang menguntungkan emerging market sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menyentuh 6,5 persen.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top