Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Bisnis

Industri Pelayaran Kian Terombang-ambing

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pertumbuhan industri pelayaran nasional dinilai belum terlalu cemerlang tahun ini karena menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait kebijakan fiskal dan biaya kepelabuhan. Karenanya, pelaku usaha pelayaran meminta pemerintah memberikan sejumah kemudahan.

Ketua Umum Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan pelayaran nasional masih dibebani sejumlah pajak, termasuk pajak pertambahan nilai (PPn) atas pembelian BBM pelayaran dalam negeri.

"Pada dasarnya pelayaran nasional hanya membutuhkan equal treatment atau perlakuan setara seperti negara lain memberlakukan kebijakan kepada industri pelayaran mereka. Jika kebijakan sudah mengarah pada perlakuan setara ini, kami optimistis pelayaran akan kian berdaya saing dan mampu mencatatkan kinerja positif, yang pada akhirnya memberikan kontribusi lebih besar bagi ekonomi nasional," kata Carmelita di Jakarta, Senin (7/1).

Dia menegaskan pelayaran selama ini menjadi motor penggerak bagi industri lainnya, seperti galangan, industri komponen kapal, asuransi dan pendidikan sumber daya manusia (SDM). Jika pelayaran tumbuh, maka industri terkait lainnya akan ikut berkembang.

Biaya kepelabuhan, lanjut Carmelita, saat ini juga turut membebani industri karena mendorong pembengkakan operasional mereka. Selain itu, pendataan jumlah, ukuran dan jenis kapal yang dilakukan secara berkala oleh pemerintah mempersempit ruang gerak pelaku industri pelayaran.

Kargo Terpuruk

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua I DPP INSA, Witono Soeprapto mengungkapkan pelayaran nasional secara umum tahun ini diperkirakan tumbuh tipis. Khusus angkutan general cargo masih dihadapkan pada pertumbuhan yang kurang meyakinkan.

Bahkan, dia menambahkan sektor general cargo diprediksi semakin terpuruk mengingat fasilitas kepelabuhanan selalu memprioritaskan kapal kontainer sehingga menghadapi tantangan potensi terjadinya kongesti. Sedangkan komoditas untuk general cargo sudah banyak berkurang, dan lebih banyak muatan-muatan curah bahan baku.

Witono menambahkan dari triwulan I hingga III 2018, ekonomi nasional tumbuh berkisar lima persenan. Pada RARAPBN 2019, ekonomi nasional juga dipatok tumbuh 5,3 persen. Dengan melihat itu, sektor kontainer diprediksi mencatatkan pertumbuhan yang tidak jauh berbeda.

Sementara itu, Bendahara Umum INSA, Nova Y Mugijanto menjelaskan catatan sektor offshore pada 2018 hanya tumbuh tipis meskipun utilisasinya sudah 50 persen. Kondisi ini disebabkan perushaaan minyak dan gas (migas) masih melakukan efisiensi di tengah tantangan fluktuasi harga minyak dunia. Dalam RARAPBN 2019, harga minyak dipatok berkisar 70 dollar AS per barel dengan produksi minyak 750.000 barel per hari.mza/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top