Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bisnis Mebel

Industri Furnitur Butuh Perbaikan Regulasi

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Pemerintah perlu segera mencari solusi stagnasi industri furniture tanah air yang saat ini di perdagangan dunia bahkan telah disalip oleh Myanmar setelah dalam beberapa waktu Vietnam meninggalkan dengan angka penjualan yang semakin jauh jaraknya. Ekspor furniture tanah air mandeg di level 1,6 - 1,9 juta Dollar AS per tahun, dalam 5 tahun terakhir sedangkan Myanmar telah tembus 2 - 2,3 juta Dollar AS mulai mendekati Vietnam yang telah melampaui 2,5 juta Dollar AS per tahun.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga DPP ASMINDO (Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia), Rumekso Setyadi, di Yogyakarta, Senin (8/7).

Lebih lanjut, Rumekso mengatakan, perang dagang membuat daya beli konsumen di negara-negara tradisional tujuan ekspor furniture tanah air turun drastis. Sementara gagasan untuk membuka pasar di negara non tradisional sulit dieksekusi karena produk industri furniture tanah air masih terbatas di kayu solid yang harganya jauh dari daya beli negara non tradisional yang pendapatannya masih menengah ke bawah.

Pasar dalam negeri pun susah menyerap produk industri furniture tanah air karena daya belinya yang belum kuat. Sebaliknya pasar dalam negeri justru menyerap produk furniture panel berbahan kayu ringan hasil manufacturing industri furniture Tiongkok dan Korea Selatan.

"Manufakturing kita, secara teknologi, SDM, dan desain, sebenarnya siap bersaing untuk pasar dalam negeri dengan produk panel lightwood. Namun, sayangnya dari sisi pengadaan tanah kita kalah saing dengan Tiongkok bahkan dari Myanmar atau Vietnam," kata Rumekso.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top