Senin, 18 Nov 2024, 19:23 WIB

Indonesia Timur Punya Potensi Literasi

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, Itje Chodidjah (tengah) dalam 13 Tahun Heka Leka: Langkah Baru Membangun Manusia Maluku, di Jakarta, Senin (18/11).

Foto: Foto Muhamad Marup

Indonesia Timur Punya Potensi Literasi

JAKARTA - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, Itje Chodidjah, mengatakan, Indonesia timur punya potensi literasi. Menurutnya, semua pihak harus bergotong royong untuk memberi dukungan terhadap para peserta didik di Indonesia timur agar tantangan-tantangan peningkatan literasi di Indonesia timur bisa selesai.

"Banyak sekali kekuatan (literasi) yang ada di sana. Semua pihak harus terus memberi dukungan agar anak-anak di timur dan Maluku bisa berperan dan bersumbangsih lebih baik di tingkat nasional dan internasional," ujar Itje, dalam 13 Tahun Heka Leka: Langkah Baru Membangun Manusia Maluku, di Jakarta, Senin (18/11).

Dia menjelaskan, penduduk Indonesia timur memiliki kemampuan menceritakan sesuatu dengan baik. Dengan penguatan literasi, maka proses penceritaan bisa lebih runut dan komprehensif.

"Ini (literasi) kalau dikuatkan, maka yang diceritakan akan lebih runut, komprehensif, dan akan menjadikan anak-anak Indonesia punya kesempatan hidup lebih baik," jelasnya.

Hak Literasi

Itje mengungkapkan, literasi bukan sekadar kemampuan baca tulis, tapi juga alat atau keterampilan hidup dan hak asasi setiap manusia. Dengan informasi yang banyak dari bacaan, seseorang bisa melahirkan solusi yang lebih tepat.

Dia melanjutkan, ujung tombak peningkatan literasi adalah guru. Guru mesti mampu mengintegrasikan bacaan dan tulisan dengan peserta didik untuk membangun daya nalar, daya kritis, dan daya kreatif.

"Literasi yang butuh dukungan adalah para guru. Mereka harus kita dukung bersama. Secara fisik dan finansial bukan pikiran kita, tapi bagaimana membantu mereka agar anak-anak bisa literer," katanya.

Sementara itu, Pendiri dan Direktur Yayasan Heka Leka, Stanley Ferdinandus, menjelaskan, problem literasi yang dihadapi Maluku menimbulkan tantangan tambahan. Provinsi Maluku berada pada peringkat ke-24 dari 34 provinsi dalam Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019, yang menyoroti kendala signifikan dalam menumbuhkan budaya membaca dan literasi.

"Persebaran geografis pulau-pulau dan akses terbatas ke sumber daya semakin mempersulit upaya untuk meningkatkan literasi, yang penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045," ucapnya.

Stanley menerangkan, pihaknya telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 200-an guru PAUD untuk meningkatkan kualitas pengajaran di daerah terpencil, memfasilitasi lebih dari 2.000 guru SD-SMA/SMK dari puluhan sekolah, memfasilitasi lebih dari 20.000 murid PAUD dan SD, serta menyalurkan lebih dari 50.000 buku pelajaran dan bacaan melalui Program Maluku Membaca. Sejak tahun 2022, pihaknya memperkuat program Maluku Membaca dengan mengembangkan Program Literasi Kepulauan.

Pihaknya juga menjalin kerja sama untuk memfasilitasi 12 Sekolah Dasar di Pulau Saparua untuk pengembangan perpustakaan ramah anak. Targetnya sebelum tahun 2028 Heka Leka mampu menyelesaikan 100 perpustakaan ramah anak dari Pulau Haruku, Saparua, Nusalaut dan Kepulauan Banda.

"Saat ini bersama para sahabat dari berbagai kalangan dan latar belakang, kami berusaha menginisiasi ide-ide program yang lebih kreatif, sehingga bisa menjangkau lebih banyak ketertarikan orang untuk mendukung pendidikan anak-anak Maluku,” terangnya.

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan: