Indonesia Perlu Netral dalam Persaingan AS-Tiongkok
Direktur Eksekutif di Celios, Bhima Yudhistira
Foto: ANTARA/ HandouJAKARTA - Indonesia perlu menavigasi posisinya di tengah meningkatnya kompetisi geopolitik, terutama terkait potensi perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS)-Tiongkok.
Laporan Tiongkok-Indonesia Survey 2024 yang dirilis Center for Economic and Law Studies (Celios) menunjukkan 78 persen responden mendukung sikap netral Indonesia dalam persaingan perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok.
“Fakta bahwa 78 persen orang Indonesia mendukung sikap netral dalam persaingan AS-Tiongkok mencerminkan keinginan yang kuat untuk mempertahankan otonomi nasional dalam kebijakan luar negeri,” kata Direktur Eksekutif di Celios Bhima Yudhistira dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (15/11).
Seiring berkembangnya pengaruh Tiongkok, terutama di sektor investasi dan perdagangan, 51 persen responden mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai pengaruh ekonomi Tiongkok di Indonesia.
"Hal ini menjadi catatan penting bagi Pemerintah Indonesia untuk tetap waspada, memastikan bahwa manfaat ekonomi dari hubungan ini tidak mengorbankan kedaulatan, lingkungan dan kesejahteraan rakyat," ujar Bhima.
Tiongkok-Indonesia Survey 2024 sendiri melibatkan 1.414 responden, yang bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas terkait dinamika yang berkembang dalam hubungan Indonesia dan Tiongkok, khususnya pada momen penting setelah transisi kepemimpinan Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto.
Dalam hasil survei itu, seiring berkembangnya pengaruh Tiongkok, terutama di sektor investasi dan perdagangan, 51 persen responden mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai pengaruh ekonomi Tiongkok di Indonesia.
“Hal ini menjadi catatan penting bagi Pemerintah Indonesia untuk tetap waspada, memastikan bahwa manfaat ekonomi dari hubungan ini tidak mengorbankan kedaulatan, lingkungan dan kesejahteraan rakyat," ujar Bhima.
Kerja Sama Bilateral
Sebagai dua negara dengan pengaruh terbesar di Asia, Indonesia dan Tiongkok telah menjalin hubungan bilateral yang semakin intensif dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini tercermin melalui kerja sama ekonomi yang signifikan di bawah payung Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ambisius yang digagas oleh Tiongkok.
Negeri tirai bambu ini telah mengucurkan dana investasi besar-besaran ke infrastruktur, mineral kritis, energi, dan sektor-sektor penting lainnya. Meskipun hubungan ekonomi kedua negara sangat kuat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan ketergantungan, kedaulatan, serta isu-isu geopolitik dalam hubungannya dengan Tiongkok.
- Baca Juga: Ketua DEN Dorong Family Office Jalan pada Februari 2025
- Baca Juga: Berangkatkan UMKM Training ke Jepang
Direktur Tiongkok-Indonesia Desk di Celios Zulfikar Rakhmat menyatakan Survei Tiongkok-Indonesia 2024 menyoroti semakin kompleksnya hubungan Indonesia dengan Tiongkok.
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Pemkab Hulu Sungai Tengah Kenalkan Dampak AI kepada Pelajar
- Single Terbaru ArumtaLa Bercerita Pengalaman 'Gagal Diet'
- Di Depan Kluivert, Indra Sjafri Pamer Kemenangan Lawan Argentina
- Hoka Luncurkan Sepatu Lari Dengan Bantalan Lembut
- Disdik Kota Makassar Usulkan Program MBG Sajikan Makanan Khas Makassar