Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekonomi Indonesia-Tiongkok

Indonesia Incar Pengusaha Provinsi Shandong untuk Berinvestasi

Foto : ANTARA

Duta Besar RI untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengincar para pengusaha dari Provinsi Shandong, Tiongkok, untuk berinvestasi di berbagai daerah di Indonesia pasca-pandemi Covid-19.

"Shandong merupakan provinsi dengan PDB terbesar ketiga di Tiongkok," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun di Beijing, Senin (27/3), mengenai alasan membidik para pengusaha dari wilayah timur daratan Tiongkok itu.

Pada 2022 PBD Shandong tumbuh 3,9 persen menjadi 8,7 triliun yuan.

Pencapaian angka itu menjadikan provinsi yang menaungi sejumlah merek peralatan elektronik ternama, seperti Haier dan Hisense, menempati posisi ketiga PDB terbesar di Tiongkok.

"Hal itu pula yang melatarbelakangi kami mengadakan kegiatan promosi perdagangan, investasi, pendidikan, budaya, dan pariwisata di Shandong, tepatnya di Kota Dezhou," kata Djauhari.

Dezhou yang berpenduduk sekitar enam juta jiwa adalah salah satu pusat ekspor Tiongkok dan memiliki dua kawasan ekonomi, yakni Dezhou Economic Development District dan Dezhou Yunhe Economic Development District.

Kedutaan Besar RI di Beijing dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Beijing menggandeng Pemerintah Provinsi Shandong dan Pemerintah Kota Dezhou menggelar ajang "Indonesia-Tiongkok (Shandong) Exchange Week" pada 22-28 Maret 2023.

Kontribusi Tiongkok

Sebelumnya diberitakan, Tiongkok diproyeksikan memberikan dorongan yang signifikan bagi ekonomi dunia, dengan berkontribusi sekitar sepertiga dari pertumbuhan global pada 2023, kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, Minggu (26/3) atau Senin (27/3) WIB.

"Rebound yang kuat berarti Tiongkok akan menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan global pada 2023 - memberikan dorongan selamat datang bagi ekonomi dunia," ujar Georgieva pada Forum Pembangunan Tiongkok 2023 di ibu kota Beijing.

Menurut analisis IMF, peningkatan satu persen poin dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di Tiongkok akan menyebabkan peningkatan 0,3 persen poin dalam pertumbuhan ekonomi Asia lainnya, katanya.

Meskipun ketidakpastian sangat tinggi, ia mengatakan berita tentang ekonomi dunia tidak semuanya buruk karena ada beberapa "tunas hijau", termasuk di Tiongkok.

"Dengan pemulihan yang solid, Tiongkok sekarang dapat membangun momentum positif dan - melalui kebijakan yang komprehensif - tetap berada di jalur pertumbuhan menuju konvergensi dengan ekonomi maju," tambahnya sebagaimana dikutip Antara.

Riset IMF juga menunjukkan bahwa reformasi peningkatan produktivitas di Tiongkok dapat mengangkat PDB riil sebanyak 2,5 persen pada 2027, dan sekitar 18 persen pada 2037 yang merupakan pertumbuhan yang akan lebih berkualitas dan lebih inklusif.


Redaktur : Redaktur Pelaksana
Penulis : Redaktur Pelaksana

Komentar

Komentar
()

Top