Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Indonesia Harusnya Bisa Menunjukkan Peran dalam Isu Global

Foto : ISTIMEWA

KTT G20

A   A   A   Pengaturan Font

Skenario kedua, lanjut Beni, perang di Donbas, Ukraina, dimenangkan oleh Rusia sebelum KTT G20. Oleh karena itu, Putin tampaknya sangat mungkin menghadiri KTT G20 sebagai aksi resistensi atas penentangan negara barat. Tentu saja, AS dan negara sekutu lainnya tidak akan menghadiri KTT G20 dan Indonesia akan sedikit dipermalukan dengan boikot Barat terhadap KTT tersebut. Skenario ketiga, perang masih berlangsung atau menemui jalan buntu, namun Indonesia berhasil meyakinkan Rusia untuk hadir dengan beberapa syarat, antara lain delegasi Ukraina juga akan menghadiri G20.

"Sehingga, Indonesia dapat berperan sebagai mediasi konflik dengan jaminan dari PBB, AS, Tiongkok India, Jepang dan negara-negara barat lainnya," katanya.

Skenario keempat, kata Beni, perang dimenangkan oleh Ukraina dan Putin mungkin merasa malu untuk menghadiri KTT G20. Namun, Indonesia tetap dapat berperan dengan mengundang Rusia dan Ukraina dalam menengahi kedua pihak yang bertikai untuk merundingkan penyelesaian konflik secara damai. Skenario-skenario itu mungkin saja terjadi. Tetapi masih harus dilihat apakah Indonesia benar-benar ingin memproyeksikan posturnya sebagai kekuatan menengah yang baru dalam politik global.

"Saya agak ragu mengingat Indonesia selama delapan tahun terakhir cukup menurun dalam urusan luar negerinya karena terbatasnya pilihan diplomatik yang kita miliki," ujarnya.

Beni menilai, Indonesia terkendala oleh kurangnya minat Presiden untuk melihat perannya dalam politik global kecuali isu diplomasi ekonomi. Karena selama ini yang diketahui sebagian besar keputusan kebijakan luar negeri bergantung pada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Pemerintah Indonesia saat ini tampaknya mengandalkan hubungan ekonomi bilateral dengan Cina dengan inisiatif Belt Road-nya sesuai dengan kepentingan nasional jangka pendek, daripada hubungan multilateral seperti dilakukan pemerintahan sebelumnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top