Indonesia Harus Mampu Perbaiki Kurs Rupiah
Pengusaha nasional juga mampu membangun industri konsumsi sendiri. Akan tetapi, kondisi dalam negeri tidak memberikan kepastian hukum dan iklim investasi yang nyaman. Biaya siluman begitu tinggi sehingga menimbulkant high cost economy.
"Akibatnya, kita kalah dengan barang impor murah yang disubsidi negara eksportir untuk memburu devisa mereka. Tarif, jalan satu-satunya untuk menekan impor barang konsumsi," kata Irsad.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Imron Mawardi, menambahkan keuangan negara saat ini juga cukup berat. Sekitar 40 persen alokasi APBN habis untuk menyicil utang.
Hampir 20 tahun negara menanggung utang lama dari obligasi rekapitalisasi perbankan eks Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Hanya dari akumulasi bunga di atas bunga obligasi rekap sudah mencapai lebih dari 3.000 triliun rupiah saat ini. Akibatnya, akumulasi utang negara yang jatuh tempo tahun ini lebih dari 400 triliun rupiah.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya