Indonesia Bisa Jaga Inflasi jika Tidak "Blunder" Mengurus APBN
The Fed merevisi penurunan suku bunga pada 2025 dari penurunan suku bunga sekitar 100 bps menjadi penurunan suku bunga 75 bps. Mereka juga merevisi target FFR jangka panjang menjadi 2,6 persen dari 2,5 persen, yang mengindikasikan bahwa beberapa anggota FOMC memperkirakan kondisi perekonomian AS cenderung lebih solid terhadap tingkat suku bunga kebijakan yang relatif tinggi.
Dari kondisi tersebut, otoritas moneter yaitu Bank Indonesia (BI) semestinya mencermati inflasi, terutama kenaikan harga bahan pangan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Rupiah bakal gawat kalau otoritas moneter keliru dalam mengambil stance kebijakan moneter.
Apalagi kalau melihat komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan semakin susah dipertahankan. Sebab, alokasi anggaran bukan untuk membiayai kegiatan petani supaya bisa meningkatkan produksi, tapi malah balik lagi ke pembiayaan yang konsumtif seperti rencana membagi-bagikan makan siang gratis.
Kalau otoritas moneter Turki saja menaikkan tingkat suku bunga acuan ke level 50 persen, bagaimana dengan Bank Indonesia. Turki yang lebih maju saja bisa salah urus, bagaimana dengan Indonesia.
Beras Belum Turun
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya