Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I 166.911.457 Warga Sudah Terima Vaksin Dosis Kedua

Indonesia Berada di Fase Pandemi Terkendali

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan Indonesia sudah berada di fase pandemi Covid-19 terkendali. Masih membutuhkan sejumlah capaian lanjutan hingga dinyatakan sebagai endemi.

"Apakah kita bisa masuk fase endemi? Ada beberapa tahap yang harus dilewati, dari mulai pandemi, deseralasi, terkendali, eliminasi dan eradikasi," kata Dante saat menyampaikan pemaparan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR, di Jakarta, Senin (23/5).

Menurut Dante, saat ini Indonesia telah masuk periode pandemi Covid-19 yang telah terkendali. Alasannya, pandemi saat ini tidak menyebabkan gangguan pada aktivitas sosial masyarakat, kasus yang terus menurun secara konsisten dan angka kasus konfirmasi per hari dapat diprediksi.

"Kami tidak bisa bilang sudah masuk dalam fase endemi, tapi pandemi yang terkendali," katanya.

Dante mengatakan saat ini perkembangan kasus Covid-19 di beberapa negara didominasi varian Omicron. "Ada varian baru BA.4 dan BA.5, ini belum terlalu dominan dan belum ditemukan di Indonesia. Kami masih pantau Whole Genome Sequencing (WGS) kalau ada varian baru," katanya.

Dante mengatakan varian baru BA.4 dan BA.5 adalah turunan varian Omicron yang diperkirakan pakar kesehatan memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dibanding Omicron.

Gejala Ringan

Namun secara hospitalisasi, kata Dante, tidak ada perbedaan dengan Omicron. Artinya, gejala yang dialami pasien tertular cenderung ringan dan tidak memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

"Varian baru ini memiliki kemampuan netralisasi pada orang yang sudah divaksinasi. Artinya, orang yang sudah divaksinasi masih bisa kena atau immune escape," katanya.

Dante mengatakan laju kasus Covid-19 di Indonesia cenderung rendah berdasarkan hasil pengamatan selama periode setelah Lebaran 2022.

Masyarakat Indonesia yang sudah menerima dosis kedua vaksin Covid-19 saat ini telah mencapai 166.911.457 orang setelah 73.842 orang menjalani vaksinasi kedua pada hari ini, berdasarkan data yang dihimpun Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Data yang diterima di Jakarta, Senin itu, memperlihatkan juga penerima vaksin dosis pertama saat ini telah menjadi 199.917.330 orang atau bertambah 33.777 orang dibandingkan Minggu (22/5).

Jumlah penduduk yang sudah menjalani vaksinasi ketiga sebagai penguat saat ini mencapai 44.273.456 orang. Jumlah itu memperlihatkan peningkatan 173.719 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Indonesia menargetkan 208.265.720 orang menerima vaksin Covid-19 untuk mendapatkan kekebalan komunal dari penyakit yang menyerang sistem pernapasan itu.

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, meminta pemerintah tidak mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jika status Covid-19 masih pandemi. Covid-19 yang sudah terkendali bukan alasan untuk mencabut PPKM.

"Perlu hati-hati menghapus pelonggaran ini semua. Sudah banyak yang kita relaksasi seperti masker dan syarat-syarat lainnya," ujar Dicky, kepada Koran Jakarta, Senin (23/5).

Dia mengibaratkan, PPKM sebagai payung yang menaungi segala kegiatan pencegahan Covid-19 seperti vaksinasi, 3T, protokol kesehatan 5M dan lain sebagainya. Dengan dicabutnya PPKM, berpotensi merugikan Indonesia, mengingat di beberapa negara kasus Covid-19 masih tinggi.

Dia khawatir, tanpa PPKM masyarakat abai terhadap pencegahan penularan Covid-19. Pemerintah mesti tetap memiliki kebijakan serupa jika memang PPKM pada akhirnya dicabut. "Kalau PPKM itu dicabut di tengah status pandemi yang belum dicabut jadi kontradiktif dan berpotensi merugikan kita," terangnya.

Dicky menekankan, waktu yang tepat untuk mencabut PPKM adalah ketika status Covid-19 tidak lagi pandemi. Meski begitu, peran pemerintah daerah akan lebih dominan ketika Covid-19 berganti status menjadi endemi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top