Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerja Sama Multilateral

Indo-Pasifik Hadapi Tantangan Demografi dan Perubahan Iklim

Foto : PATRICK T FALLON/AFP

Michael Froman, Presiden Council of Foreign Relations

A   A   A   Pengaturan Font

DAVOS - Negara-negara dalam diskusi panel di Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) di Davos, pada Rabu (17/1), mengatakan kawasan Indo-Pasifik masih bergulat dengan dua tantangan, yaitu demografi dan perubahan iklim.

"Selama beberapa dekade terakhir, wilayah ini menyumbang setengah dari pertumbuhan PDB global, setengah dari pertumbuhan manufaktur, setengah dari pertumbuhan perdagangan, dan hampir setengah dari seluruh belanja penelitian dan pengembangan, serta setengah dari investasi asing langsung. Namun, dinamisme Indo-Pasifik tidak berarti tidak memiliki masalah," kata Michael Froman, Presiden Council of Foreign Relations, lembaga pemikir Amerika.

Dikutip dari The Straits Times, Froman menjelaskan banyak negara di kawasan ini menghadapi tantangan demografi. Meskipun wilayah ini menyumbang setengah dari pertumbuhan penduduk usia kerja, banyak negara Indo- Pasifik, termasuk Jepang dan Tiongkok, memiliki populasi yang menua.

Sebuah makalah yang diterbitkan oleh Georgetown Security Studies Review, pada Januari 2023, mencatat pergeseran demografi saat ini di Indo-Pasifik akan berdampak luas terhadap keamanan regional dan dinamika ekonomi global.

Terkait tantangan iklim, sebagian besar pertumbuhan emisi global berasal dari kawasan ini, dan beberapa negara yang paling rentan, negara kepulauan di Pasifik, sedang berjuang melawan dampak perubahan iklim.

"Amerika Serikat telah menegaskan mereka adalah negara Pasifik dan tetap berkomitmen terhadap kawasan tersebut, bahkan ketika negara tersebut mempertahankan aliansi dengan Eropa dan hubungan yang kuat dengan negara-negara lain di dunia, termasuk Timur Tengah dan negara lain," ujar Froman.

Dia merujuk pada pertemuan para pemimpin Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran atau Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) yang diadakan Presiden AS, Joe Biden, di San Francisco pada November 2023. Dalam pertemuan tersebut, sebuah perjanjian ditandatangani mengenai ketahanan dan diversifikasi rantai pasokan dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok.

Pusat Perhatian

Meskipun konsep Indo-Pasifik telah ada selama beberapa waktu, konsep ini menjadi pusat perhatian pada tahun 2022, ketika Biden meluncurkan IPEF di Tokyo dengan berbagai mitra, yaitu Australia, Brunei, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Secara keseluruhan, negara-negara tersebut menyumbang sekitar 40 persen produk domestik bruto dunia. Fiji bergabung sebagai anggota IPEF ke-14 pada Mei 2023.

Froman mengatakan terdapat lebih banyak konsensus di kawasan mengenai sifat tantangan Tiongkok, yang akan berdampak pada persamaan geopolitik di masa mendatang. "Daripada meminta negara-negara untuk memilih satu atau yang lain, kita semua semakin terbiasa dengan dunia yang tidak memiliki blok Tiongkok, dan tidak ada blok AS di Indo-Pasifik, tapi nyatanya lebih poliamori," ujarnya.

India adalah contohnya, seraya mencatat negara tersebut "mencintai" Amerika Serikat karena teknologi dan kerja sama nuklirnya. Mereka juga menyukai Russia karena amunisinya, dan mereka menyukai Iran karena minyaknya.

"Semua ini menunjukkan dunia yang lebih kompleks dan perlunya lebih canggih dalam cara kita terlibat dalam hubungan kita di seluruh Indo- Pasifik," katanya kepada hadirin pada sesi tersebut.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top