Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Imunoterapi Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Kanker Tipe TNBC

Foto : ISTIMEWA

pengobatan

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Salah satu kanker yang menjadi momok bagi wanita adalah kanker payudara. Penderita penyakit ini sangat tinggi sehingga perempuan diharapkan lebih memperhatikan diri untuk mengurangi risiko dan waspadai agar kanker diketahui sedini mungkin.

Dokter penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medikProf. DR. dr. Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM, menjelaskan terdapat beberapa sub tipe kanker payudara, Subtipe Luminal A, Sub tipe Luminal B, Tipe HER2Enriched, dan TipeTripleNegative.

Tipekanker payudara TripleNegative (TNBC) atau kanker payudara triple negatif merupakan penyakit heterogen yang sangat kompleks. Kanker ini secara historis memiliki pilihan pengobatan yang terbatas.

"Nama tersebut diberi karena sel kanker diuji dengan tiga komponen molekuler yaitu reseptor progesteron-negatif, reseptor estrogen-negatif, dan HER2-negatif," ujar ujarnya dalam webinar'Mengenal Imunoterapi: #HarapanBaru melawan Dua Kanker Ganas Terbesar pada Perempuan, Selasa (25/10).

Menurut laporan berjudul Triple Negative Breast Cancer (TNBC): Possible Biomarkers and Treatments (2017) sebanyak 15-20 persen dari seluruh kasus kanker payudara di dunia adalah sub-tipe TNBC. Yang perlu dikethui tanda dan gejala kanker payudara triple-negatif sama dengan sub-tipe kanker payudara lainnya.

Tanda-tandanya dapat muncul sebagai benjolan yang lebih sering keras di payudara, tidak nyeri dan tidak teratur, tetapi juga bisa lunak, bulat dan menyakitkan. Tanda-tanda lainnya termasuk pembengkakan payudara, pembengkakan atau benjolan di bawah lengan atau di tulang selangka, lesung pada kulit, cairan keluar dari puting, puting masuk ke dalam, serta perubahan kulit pada payudara atau puting, termasuk kemerahan, kekeringan, penebalan atau pengelupasan.

Dalam mendiagnosis TNBC, biasanya dilakukan dengan Mammografi untuk mengambil gambar payudara, dan dengan MRI (magnetic resonance imaging) untuk membuat gambar detail payudara dengan resolusi yang jauh lebih besar. Setelah dilakukan diagnosis, selanjutnya adalah biopsi untuk mengambil sampel sel yang mencurigakan dari payudara untuk dianalisis.

Jenis utama pengobatan melawan TNBC termasuk operasi, kemoterapi, radiasi dan imunoterapi. Namun demikian kanker payudara tipe tersebut memiliki kemungkinan kekambuhan tinggi dan perkembangan penyakit yang cepat meskipun dilakukan pengobatan sistemik yang memadai.

"Pengobatan imunoterapi merupakan pilihan baru dalam penanganan penyakit TNBC yang ganas ini, sebab imunoterapi dapat menahan perkembangan kanker dan kelangsungan hidup pasien sehingga memberikan harapan baru bagi pasien," kara dia.

Tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk seseorang dengan TNBC yang belum menyebar di luar payudara, adalah 91 persen. Sementara kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau daerah terdekat, tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah 65 persen.

Laporan Cancer Treatment Centers of America dengan judul Triple-Negative Breast Cancer (2022), kanker TNBC yang telah bermetastasis misalnya ke tulang, paru-paru atau hati, kelangsungan hidup adalah 11 persen.

Kanker Serviks

Jenis kanker ganas pada perempuan setelah kanker payudara adalah kanker serviks, khususnya yang persisten dan telah mengalami kekambuhan atau metastasis. Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kematian akibat kanker payudara sebanyak 22.430 atau 34 persen dari 65.858 kejadian baru. Sedangkan kematian akibat kanker serviks sebesar 21.003 atau 57 persen dari 36.633 kejadian baru).

Laporan Global Cancer Observatory (Globocan) 2020, Kanker serviks paling sering didiagnosis pada wanita berusia antara 35 dan 44 tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun. Lebih dari 20 persen kasus kanker serviks ditemukan pada wanita di atas 65 tahun.

Menurut Dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, kanker serviks lebih tinggi tingkat mortalitasnya dibandingkan kanker payudara. Penyebabnya karena tingkat skrining yang rendah sehingga kanker serviks ditemukan sudah pada stadium lanjut.

"Hampir semua kanker serviks disebabkan oleh infeksi jenis human papillomavirus (HPV) melalui kontak kulit-ke-kulit di area genital. Meski sudah diobati, kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis. Kekambuhan kanker serviks dapat berkembang setelah selesainya pengobatan awal.," ujar dia.

Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi maupun imunoterapi. Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan semua kanker, tetapi terkadang sel kanker tidak terdeteksi, atau sel kanker baru berkembang.

"Akibatnya, kanker berpotensi kembali ke leher rahim atau daerah sekitarnya, atau ke bagian tubuh lainnya, sehingga harus dipantau secara berkala," jelas Dr. Nadia.

Jika kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, termasuk pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan.

Adapun untuk pengobatan sistemik terkini, imunoterapi, telah memberikan pilihan baru untuk merawat pasien kanker serviks yang mengalami kekambuhan dan metastasis. "Imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola," ujar dr. Nadia.

Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut. Dalam perjuangan melawan kedua kanker tersebut semangat, harapan, kesehatan emosional dan mental perlu dijaga pada diri pasien.

"Dengan dukungan keluarga dan lingkungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter, sehingga kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga," tutup Prof. Noorwati.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top