Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produksi Migas - Target "Lifting" Migas pada 2025 Dipangkas Jadi di Kisaran 1,58-1,64 Juta Boepd

Impor BBM 2025 Berpotensi Naik

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Penurunan lifting migas dikhawatirkan mendorong peningkatan impor BBM untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang cenderung naik.

JAKARTA - Impor bahan bakar minyak (BBM) berpotensi meningkat signifikan tahun depan, sebagai dampak dari penurunan target produksi atau lifting minyak dan gas bumi (migas). Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah menargetkan lifting migas di kisaran 1,58 juta-1,64 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau turun dari APBN 2024 sebesar 1,668 juta boepd.

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Bambang Haryadi, menilai usulan lifting migas pada 2025 dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, tak sesuai dengan janji calon presiden terpilih yang menjanjikan Indonesia tak lagi impor BBM dengan memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri. "Setiap tahun target lifting selalu turun. Hal ini tidak sesuai dengan janji Presiden terpilih yang menegaskan akan menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM)," kata Bambang dalam Rapat Kerja dengan Kementerian ESDM di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (5/6).

Bambang menambahkan, pada 2023, Kementerian ESDM melaporkan realisasi lifting minyak bumi Indonesia mencapai 605,5 ribu barel per hari (bph). Sementara itu, pada RAPBN 2025 Kementerian ESDM mengusulkan sebesar 580-601 ribu bph, serta untuk lifting gas bumi sebesar 1,003-1,047 juta boepd. "Saya contohkan pada 2023 saja sudah rendah, namun sekarang diusulkan lebih rendah lagi," ungkapnya.

Anggota Komisi VII DPR RI, Dyah Roro Esti, mempertanyakan produksi lifting migas yang hingga saat ini masih jauh dari target yang ditetapkan, sebesar 1 juta bph. Bahkan tren dari tahun ke tahun, lifting migas tersebut cenderung turun.

"Jadi, kalau kita melihat dari tahun ke tahun memang trennya menurun-menurun terus. Sedangkan kita punya target besar gitu, satu juta barel (per hari) itu kan bukan angka yang kecil gitu ya. Nah, maka saya tadi tawarkan kepada kementerian, kalau memang target ini tidak realistis, kita harus evaluasi target tersebut," ujarya dalam kesempatan terpisah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top