Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekonomi Global I G7 Harus Realisasikan Pembagian Vaksin ke Negara Miskin

IMF Ingatkan Warisan Utang Pasca Pandemi

Foto : Sumber: IMF - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

» Komitmen G7 siapkan 1 miliar dosis vaksin pada 2022, akan membuat perbedaan dalam perang melawan pandemi.

» Investasi hijau selain mengatasi krisis iklim, juga mempercepat pertumbuhan dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru.

WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menyatakan pentingnya peran dan kontribusi negara-negara kaya kelompok G7 untuk mengakhiri pandemi Covid-19 secara global. Peran tersebut dalam bentuk komitmen untuk membagikan kelebihan vaksin produksi mereka ke negara-negara miskin dan berkembang yang program vaksinasinya berjalan lamban.

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva dalam pernyataannya saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin G7 secara virtual dari Washington Minggu (13/6) malam waktu setempat mengatakan IMF telah memperingatkan tentang pemulihan divergen yang berbahaya dan data terbaru menunjukkan tren ini tidak hanya berlanjut, tetapi juga semakin dalam.

Lembaga tersebut bersama dengan Bank Dunia, WHO, dan WTO, baru-baru ini mengusulkan rencana pembiayaan senilai 50 miliar dollar AS untuk mengakhiri pandemi dengan memvaksinasi setidaknya 40 persen orang di setiap negara pada akhir tahun ini dan 60 persen pada pertengahan 2022. "Saya menyambut baik komitmen G7 tentang satu miliar dosis di tahun depan, ini akan membuat perbedaan material dalam perang melawan pandemi," katanya.

Berkaitan dengan rencana pembiayaan, Gerogieva mengatakan sudah ada kemajuan selama beberapa minggu terakhir. "Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya hibah dan, menurut penilaian kami, sekitar sepertiga dari 35 miliar dollar AS yang dibutuhkan dalam pembiayaan hibah kini telah diperoleh dari sumber publik dan swasta," katanya.

Langkah tersebut terus ditingkatkan untuk memastikan implementasi yang transparan dan terkoordinasi dengan baik. "Perang belum dimenangkan. Inilah sebabnya mengapa bersama dengan Bank Dunia, WHO, WTO dan lembaga-lembaga lain, kami membentuk "ruang perang", sebuah gugus tugas untuk memantau dan mempercepat pelaksanaan rencana ini," jelas Georgieva.

Dalam kesempatan itu, dia juga menekankan pentingnya negara-negara mencermati warisan utang dari krisis pandemi itu. Negara-negara paparnya perlu bekerja keras mengatasi berbagai dampak yang ditimbulkan.

IMF memandang sangat penting untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan, menyelesaikan utang yang menumpuk, dan memperkuat kerangka kebijakan ekonomi. Pembuat kebijakan, terang Georgieva akan menghadapi pilihan sulit ketika secara bertahap menarik dukungan kebijakan dan penargetan yang tepat akan sangat penting untuk mendukung orang-orang yang rentan dan perusahaan yang layak.

Inisiatif Baru

Penekanan G7 pada pembangunan yang lebih baik setelah pandemi dengan fokus pada penanganan perubahan iklim dinilai sangat penting. "Saya menyambut baik niat para pemimpin untuk meluncurkan inisiatif baru yang bersih dan hijau untuk mengkatalisasi investasi infrastruktur hijau, terutama untuk negara-negara berkembang," katanya.

Kombinasi kebijakan untuk mendorong investasi seperti harga karbon dan pengungkapan risiko terkait iklim, dorongan investasi hijau tidak hanya membantu mengatasi krisis iklim, tetapi juga mempercepat pertumbuhan dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru.

Pakar ekonomi dari Universitas Airlangga, Wasiaturrahma yang diminta pendapatnya mengatakan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan harus memiliki langkah seirama untuk memacu pertumbuhan terkait upaya bangkit setelah krisis akibat pandemi Covid-19.

"Ekonomi harus dipahami dengan nalar yang jernih. Kalau masalah kesehatan belum terselesaikan sulit kita untuk men-drive pertumbuhan ekonomi seperti harapan kita semua misalnya bertumbuh ke 5,2 persen," kata Wasiaturrahma.

Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko mengatakan pasca pandemi, akan meninggalkan pekerjaan rumah berat bagi semua negara yaitu meningkatnya utang pemerintah.

Sebab itu, kerja sama bilateral maupun multilateral yang melibatkan lembaga keuangan internasional seperti IMF, World Bank perlu dilakukan. Kerja sama itu penting mengingat sudah terbentuk perekonomian yang saling bergantung.

"Ketidakefisienan dan kestabilan perekonomian suatu negara akan berdampak kepada perekonomian kawasan atau negara lain," kata Suhartoko. n SB/ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top