Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Ilmuwan Temukan Protein yang Berperan Penting dalam Penuaan

Foto : ISTIMEWA

Anissa Anindya Widjaja (kiri) dari Gangguan Kardiovaskular dan Metabolik Duke-NUS dan Thomas Coffman di Sekolah Kedokteran Duke-NUS, Rabu (17/7).

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Para peneliti Sekolah Kedokteran Duke University dan National University of Singapore (Duke-NUS) baru-baru ini menemukan protein utama yang berperan dalam penuaan. Temuan ini menjadi kunci pencarian ramuan awet muda oleh umat manusia yang telah dilakukan selama ribuan tahun.

Dikutip dari The Straits Times, untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan mengonfirmasi interleukin-11 atau IL-11 adalah protein yang menyebabkan penumpukan lemak di hati dan perut, serta mengurangi otot dan kekuatan, dua ciri penuaan manusia.

Studi mereka, yang diterbitkan pada Rabu (17/7) di jurnal ilmiah terkemuka Nature, menunjukkan dalam model praklinis bahwa terapi yang melawan efek IL-11 tidak hanya memperlambat penuaan, tetapi juga meningkatkan umur pada tikus.

"Secara kebetulan, kaitan IL-11 dengan penuaan ditemukan," kata penulis pertama dan penulis korespondensi Anissa Widjaja dari program gangguan kardiovaskular dan metabolik Duke-NUS dalam jumpa pers.

Pada tahun 2017, tim itu mempelajari peran protein dalam menyebabkan jaringan parut berlebihan di jantung dan ginjal, ketika sampel jaringan yang dikirim oleh seorang kolaborator menarik minat Widjaja.

"Karena penasaran, saya melakukan beberapa eksperimen untuk memeriksa kadar IL-11. Dari hasil pembacaan, kami dapat melihat dengan jelas bahwa kadar IL-11 meningkat seiring bertambahnya usia, dan saat itulah kami menjadi sangat bersemangat," katanya.

Widjaja menjelaskan seiring bertambahnya usia manusia, sel-sel dalam tubuh mengalami kerusakan.

Akibatkan Peradangan

IL-11 bertindak seperti sistem alarm yang mengenali sel-sel tubuh yang rusak sebagai semacam infeksi, memicu respons sistem imun, yang mengakibatkan peradangan di usia tua. "Ini seperti menuangkan bensin ke api, dan penuaan akan dipercepat dengan adanya IL-11 di semua organ tubuh," kata Widjaja.

Pada tahun 2020, tim peneliti melakukan percobaan selama 25 minggu dengan tikus. Mereka menyuntikkan obat anti-IL-11 ke tikus berusia 75 minggu, yang setara dengan manusia berusia 55 tahun. Mereka kemudian mengamati apa yang terjadi pada tikus tersebut pada usia 100 minggu, saat mereka sama tua dengan manusia berusia 70 tahun.

Tim menemukan metabolisme mereka membaik, beralih dari menghasilkan lemak putih menjadi lemak cokelat yang bermanfaat. Lemak cokelat memecah gula darah dan molekul lemak untuk membantu menjaga suhu tubuh dan membakar kalori. Peningkatan fungsi otot dan peningkatan umur hingga 25 persen juga diamati. "IL-11 seperti sakelar utama untuk penuaan. Terapi anti-IL-11 menghalangi sakelar tersebut agar tidak menyala, yang berarti jalur menuju penuaan terhambat," kata Widjaja.

Ia menambahkan obat anti-IL-11 memiliki profil keamanan yang baik dan tidak ada toksisitas yang diamati dalam uji praklinis.

Akan tetapi, perlu waktu sebelum obat anti-IL-11 dapat dikomersialkan, karena harus melalui uji klinis untuk memastikan keamanan dan kemanjurannya terlebih dahulu.

Tim saat ini sedang mencari mitra dan pendanaan untuk melakukan uji klinis fase satu, untuk menilai keamanan dan efek samping obat baru.

"Tujuan kami adalah agar suatu hari nanti, terapi anti-IL-11 dapat digunakan seluas mungkin, sehingga orang-orang di seluruh dunia dapat menjalani hidup yang lebih sehat untuk waktu yang lebih lama," kata penulis utama studi ini dan pakar Kedokteran Kardiovaskular Tanoto Foundation di SingHealth Duke-NUS Academic Medical Centre, Stuart Cook.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top