Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Ilmu Humaniora Dapat Berkontribusi dalam Menanggapi Pandemi Covid-19

Foto : Istimewa

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebagai pembicara kunci dalam International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS) yang diselanggarkan oleh Fakultas Humaniora President University.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA -Fakultas Humaniora President University (PresUniv) menyelenggarakan International Conference on Humanities and Social Science (ICHSS), dalam konferensi tersebut dipaparkan bahwa ilmu humaniora dapat berkontribusidalam menanggapi pandemi Covid-19.

Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP), Budi Susilo Soepandji mengatakanbeberapa cendekiawan dan tokoh sebenarnya telah memprediksi akan adanya perubahan pesat di peradaban manusia. Namun, tak satupun dari mereka yang memprediksi bahwa pandemi akan mempengaruhi percepatan dari perubahan itu sendiri.

"Pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat kurang memiliki interaksi fisik dibandingkan sebelumnya. Dalam konteks yang lebih luas, hal ini memicu pertanyaan mendasar tentang apa kontribusi yang dapat diberikan Ilmu Humaniora untuk menanggapi situasi saat ini. Sayaberharap melalui konferensi ini civitas academica global dari Hubungan Internasional, Ilmu Hukum, Ilmu Komunikasi, Pendidikan, dan Biodiversity dapat berbagi pandangan dan ilmu yang berharga untuk bertahan dalam kondisi sekarang," kata Budi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/10).

Ia menambahkan salah satu buku dari mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Al Gore, yang berjudul The Future: Six Drivers of Global Change. Ada enam faktor yang memicu terjadinya perubahan secara global di masa depan, yakni eskalasi globalisasi ekonomi, pesatnya perkembangan komunikasi digital dan jaringan internet, menurunnya peran AS sebagai pemimpin global, akumulasi dampak kerusakan lingkungan dan berkurangnya sumber daya alam yang vital bagi umat manusia, pesatnya perkembangan bioteknologi dan ilmu hayati, dan ketidakharmonisan antara peradaban manusia dan sistem ekologi.

"Di sini terlihat bahwa Al Gore tidak memprediksi bahwa pandemi menjadi salah satu faktor yang mendorong percepatan dari perubahan global," katanya.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian,Airlangga Hartarto, sebagai pembicara kuncimemaparkan mengutip Indeks Nikkei, penanganan Covid-19 di Indonesia bahkan lebih baik dari Filipina, Malaysia, Singapura, India, United Kingdom dan bahkan AS.

Ia menjelaskan menjelaskan tiga strategi yang diterapkan pemerintah dalam menangani kasus Covid-19, yaitu deteksi, perubahan perilaku, dan vaksinasi.

"Pada tahap deteksi, pemerintah meningkatkan screening dan epidemiological test, serta contact tracing. Tidak hanya itu, pemerintah juga melakukan pengawasan genomik, karantina yang ketat, dan wajib PCR.Meski jumlah kasus menurun sangat drastis, itu bukan karena pemerintah mengurangi jumlah tes. Pemerintah tidak pernah mengurangi jumlah tes," katanya.

Untuk perubahan perilaku, kata Airlanga, pemerintah mengonversi 30%-40% tempat tidur rumah sakit dan memasok semua logistik rumah sakit dan sumber daya manusia. Dokter magang dan co-assistant, sebagai tambahan tenaga kesehatan, dikerahkan, kriteria pasien rawat inap diperketat, dan tempat penampungan sebagai pusat isolasi ditingkatkan.

Sedangkan untuk vaksinasi, 50% pasokan vaksin dialokasikan untuk wilayah umum dan tingkat mobilitas yang tinggi, serta 80% masyarakat Indonesia ditargetkan sudah mendapatkan vaksin hingga akhir tahun ini.

Pada akhir sesi Airlangga menceritakan upaya pemerintah mempercepat transformasi ekonomi melalui Making Indonesia 4.0 yang mengutamakan tujuh sektor utama, yaitu makanan & minuman, tekstil & garmen, otomotif, bahan kimia, elektronik, farmasi, dan peralatan medis. Semua sektor ini memiliki permintaan yang tinggi. Bahkan semasa pandemi. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara media, akademik, bisnis, komunitas, dan pemerintah.

"Untuk akademik, universitas perlu fokus pada kurikulum entrepreneurship yang baik, yang mampu melahirkan dan menghasilkan start-up baru, termasuk menjadi akselerator bagi entrepreneurship," tutupnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Mohammad Zaki Alatas

Komentar

Komentar
()

Top