Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

IHSG Masih Rawan Koreksi

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren negatif awal pekan ini. Fokus pasar diperkirakan masih tertuju gejolak geopolitiik.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat perkembangan geopolitik Timur Tengah, pergerakan harga komoditas dunia, dan rilis data cadangan devisa Indonesia, masih menjadi sentimen kuat bagi IHSG awal pekan ini.

Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (7/10), rawan terkoreksi dengan support di 7.454 dan resistance di 7.510.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (4/10) sore, ditutup melemah dipimpin oleh saham- saham sektor teknologi. IHSG ditutup melemah 47,74 poin atau 0,63 persen ke posisi 7.496,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 7,65 poin atau 0,82 persen ke posisi 929,72.

"Bursa regional Asia cenderung menguat saat berusaha keluar dari tren pelemahan di tengah meningkatnya tensi konflik di wilayah Timur Tengah," kata Tim Riset Pilarmas Inveatindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Penguatan bursa kawasan Asia terjadi karena pasar merespons indeks aktivitas sektor jasa Amerika Serikat (AS) yang tercatat sebesar 54,9 pada September 2024, atau naik dari 51,5 pada bulan Agustus, dan jauh lebih tinggi dari perkiraan sebesar 51,7.

Pelaku pasar menilai hal ini menunjukkan peningkatan yang lebih cepat dalam aktivitas bisnis dan pesanan baru.

Selain itu, pasar juga menantikan langkah lanjutan dari kebijakan Perdana Menteri baru Jepang, yang sebelumnya telah menugaskan menteri keuangan untuk mengajukan langkah-langkah yang menargetkan keringanan harga, pertumbuhan ekonomi, dan bantuan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah.

Baca Juga :
IHSG Rawan Terkoreksi

Namun demikian, pelaku pasar tetap waspada terhadap kondisi di Timur Tengah karena situasi ini masih menjadi beban bagi pasar keuangan.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top