Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

IDAI Ingatkan Bahaya Penyalahgunaan Steroid untuk Tambah Berat Badan

Foto : ANTARA/Humas Kota Bogor

Makan bersama sederhana tapi sehat.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti bahaya kesehatan akibat penyalahgunaan obat steroid tanpa indikasi medis apapun dengan tujuan untuk meningkatkan berat badan pada anak secara instan.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrin IDAI Dr. dr. Agustini Utari, M.Si. Med, Sp.A(K) menjelaskan, efek samping steroid memang menimbulkan peningkatan berat badan yang cukup signifikan dalam waktu singkat. Namun, kondisi ini justru bukan sesuatu yang menyehatkan.

"Pipinya jadi kelihatan tembam (moon face). Sebetulnya di situ ada suatu timbunan cairan dan garam. Jadi, sebetulnya bukan gemuk yang sehat kalau (konsumsi) steroid. Hanya penampakan luarnya saja kelihatan, tetapi di dalamnya itu bermasalah," kata Agustini dalam webinar di Jakarta, Kamis.

Tingginya kadar hormon kortisol karena konsumsi steroid secara berkepanjangan dapat menyebabkan sindrom cushing.

Agustini mengatakan bahwa anak yang mengonsumsi steroid secara terus-menerus berisiko tinggi untuk mengalami diabetes, hipertensi, hingga katarak. Efek samping lainnya juga termasuk menimbulkanmood swingdan gangguan tidur.

Tak hanya itu, efek jangka panjang steroid pada anak akan mengganggu atau menghambat lempeng pertumbuhan. Akibatnya tulang tidak bisa bertambah panjang sehingga terjadi hambatan pada pertumbuhan anak.

"Anak akan kelihatan gemuk tapi pendek, karena dia tidak bisa tumbuh kalau dalam jangka waktu lama diberikan steroid," ujar Agustini.

Pemberian steroid dengan dosis tinggi dalam jangka waktu panjang juga bisa menekan sistem kekebalan tubuh, akibatnya anak akan lebih sering mengalami infeksi.

Apabila steroid diberikan dalam jangka waktu lama dan dihentikan secara mendadak, imbuh Agustini, anak berisiko jatuh dalam kondisi insufisiensi adrenal.

Dalam kondisi normal, kelenjar adrenal seharusnya memproduksi hormon kortisol secara alamiah. Namun, karena anak mendapatkan pengganti hormon kortisol dari obat steroid, maka tubuh tidak akan menghasilkan hormon kortisol untuk sementara waktu. Kondisi inilah yang disebut insufisiensi adrenal.

Maka ketika konsumsi obat steroid dihentikan secara tiba-tiba, tubuh tidak bisa beradaptasi secara langsung. Oleh sebab itu, kata Agustina, penghentian obat steroid harus dilakukan secara bertahap.

"Ada sumber di otak yang namanya hipofisa ini akan menghasilkan suatu hormon. Hormon ini namanya ACTH. ACTH ini akan merangsang kelenjar adrenal, menghasilkan kortisol. Tetapi ketika kita memberikan steroid dalam jumlah banyak, maka ACTH ini akan tertekan karena dia merasa di luar sudah terlalu banyak, jadi tubuh mungkin tidak usah menghasilkan (hormon kortisol)," jelas dia.

Agustini mengingatkan, tubuh gemuk bukan merupakan indikator kondisi yang sehat pada anak. Dalam masa tumbuh dan kembang anak, indikator yang lebih penting yaitu asupan gizi baik yang tercukupi. Maka orang tua atau pengasuh seharusnya tidak hanya fokus untuk memantau perkembangan berat badan melainkan juga tinggi badan anak.

Ia mengamini bahwa memberikan makan pada anak tidak selalu mudah dilakukan orang tua. Jika anak memiliki perilaku susah makan, orang tua tidak perlu khawatir berlebihan dan harus mencari cara terbaik untuk menciptakan suasana makan dengan lebih menyenangkan, bukan dengan menyalahgunakan obat steroid untuk meningkatkan nafsu makan.

"Lebih bahaya mana? Anak kurus atau menggunakan steroid? Lebih bahaya menggunakan steroid. Karena kalau kita menggunakan steroid ini, kita bisa melihat efek jangka panjangnya itu banyak. Anak kurus biasanya menjadi ketakutan bagi orang tua. Tetapi kalau menggunakan steroid, anak akan makin pendek dan gemuknya itu hanyalah gemuk yang kelihatan gemuk," kata Agustini.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top