Hun Sen Ingin Kekerasan Diakhiri
erdana Menteri Kamboja, Hun Sen
PHNOM PENH - Jelang kunjungannya ke Myanmar sebagai ketua baru Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/Asean), Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, mengungkapkan janji untuk memastikan junta menghormati kesepakatan untuk mengakhiri kekerasan di negara itu setelah hampir setahun militer merebut kekuasaan lewat kudeta.
Hal itu disampaikan Hun Sen dalam sebuah acara pada Rabu (5/1) dalam upayanya menepis dirinya telah terlalu bersikap lunak terhadap junta yang berkuasa di Myanmar.
Hun Sen rencananya akan berkunjung ke Myanmar pada 7 dan 8 Januari. Jika jadi melakukan kunjungan, maka Hun Sen akan jadi seorang pemimpin negara asing pertama yang menginjakkan kaki di Myanmar sejak terjadi kudeta pada 1 Februari 2021. Namun disisi lain kunjungannya itu akan memberikan legitimasi pada kepala militer negara itu yaitu Jenderal Senior Min Aung Hlaing yang pasukan militernya dituduh telah melakukan aksi kekejaman yang meluas sejak pengambilalihan kekuasaan.
"Tolong jangan salahkan ketua Asean dulu. Tunggu dan lihat saja," kata Hun Sen, seraya menambahkan bahwa agendanya selama kunjungan tidak akan melenceng jauh dari konsensus lima poin yang disepakati oleh 10 negara anggota Asean selama pertemuan darurat untuk membahas krisis politik Myanmar di Jakarta pada April 2021 lalu.
"Sejauh ini saya belum menetapkan prasyarat untuk kunjungan tersebut. Namun saya pasti akan membahas konsensus lima poin," tegas dia.
"Poin pertama dari kesepakatan konsensus kami (Asean) adalah untuk tetap sabar dan akhiri kekerasan. Ini yang kami inginkan," ujar dia.
Perubahan pernyataan PM Hun Sen ini terjadi sehari setelah ia melakukan percakapan telepon dengan Presiden Indonesia, Joko Widodo. Melalui cuitannya di media sosial, Presiden Joko Widodo menyatakan dukungannya untuk kepemimpinan Kamboja di Asean serta menegaskan kembali sikap Indonesia bahwa jika Myanmar tak mau menghormati kesepakatannya dan mengembalikan demokrasi melalui dialog inklusif, maka negara itu hanya boleh diwakili pejabat non-politik pada pertemuan Asean.
Pertanyakan Motif
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Kamboja pada saat bersamaan mengkonfirmasi bahwa PM Hun Sen berencana mengadakan pertemuan bilateral dengan Min Aung Hlaing selama kunjungannya. tetapi tidak menyebutkan apakah PM Kamboja itu akan berusaha mengadakan pembicaraan dengan Aung San Suu Kyi atau para pemimpin pemerintah bayangan Myanmar.
Terkait kunjungan PM Hun Sen itu, juru bicara pemerintah bayangan Myanmar, Dr Sasa, mempertanyakan motifnya apakah Hun Sen berencana mewakili Asean, Kamboja, atau kepentingannya sendiri.
"Jika dia mewakili Asean, dia harus berbicara dengan rakyat Asean. Jika dia melakukan kunjungan untuk masyarakat Myanmar, masyarakat Myanmar harus dilibatkan. Jika dia ada di sana sebagai teman Min Aung Hlaing, dia akan menulis sejarahnya sendiri," kata dia.
"Orang-orang tidak akan menerimanya jika dia datang hanya untuk menjabat tangan Min Aung Hlaing yang berlumuran darah. Jika Kamboja benar-benar ingin memperbaiki situasi di Myanmar, tidak bisa sendiri, harus berkoordinasi dengan anggota Asean lainnya," pungkas dia. RFA/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya