Hujan Bantu Lautan Menangkap Lebih Banyak Karbon
Setiap tetes juga merupakan percikan air yang relatif segar, yang mengencerkan air laut dan mengubah gradien konsentrasi udara-laut CO2, memungkinkan penyerapan yang lebih tinggi. Terakhir, deposisi basah mengacu pada bagaimana setiap tetes menyerap CO2 saat jatuh melalui atmosfer, lalu menyuntikkan gas itu langsung ke lautan.
Deposisi basah adalah fluks satu arah, kata Rik Wanninkhof, seorang ahli kelautan di NOAA yang memelopori penggunaan pelacak kimia inert untuk mempelajari pertukaran gas antara udara dan air. Wanninkhof tidak terlibat dalam penelitian terbaru tetapi bekerja dengan Ho pada eksperimennya.
"Kami tidak memikirkan hal ini dalam penelitian awal, tetapi dalam skala global, penelitian ini menunjukkan bahwa ini mungkin salah satu efek hujan terbesar pada fluks karbon dioksida," papar Wanninkhof.
Penelitian ini dipimpin oleh Laetitia Parc sebagai bagian dari studi doktoralnya di Sorbonne Université. Bagi dia, temuan yang paling signifikan adalah bahwa ukuran efek hujan ini pada penyerapan karbon laut sebanding dengan ukuran ketidakseimbangan anggaran karbon global, atau perkiraan perbedaan antara total emisi karbon dan total penyerapan karbon oleh laut dan daratan.
Kemampuan untuk mengukur proses skala kecil ini di antarmuka udara-laut akan meningkatkan kemampuan ilmuwan untuk memodelkan aliran karbon antara atmosfer dan laut, kata dia.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya