Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hubungan Tiongkok dan AS Berada 'di Ambang Garis Merah'

Foto : Istimewa

Ray Dalio, Co-Chairman dan Co-Chief Investment Officer Bridgewater, di New York City, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

GREENWICH - Pendiri perusahaan pengelola aset global, Bridgewater Associates, Ray Dalio, pada Selasa (3/10) mengatakan hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat "di ambang garis merah," meskipun ia berpendapat perang tidak akan terjadi.

Dilansir oleh The Straits Times, saat berbicara di Forum Ekonomi Greenwich, Dalio mengatakan ada perbedaan yang tidak dapat didamaikan antara dua ekonomi terbesar di dunia, seperti kemerdekaan Taiwan, perebutan cip, dan geopolitik.

"Hubungan AS-Tiongkok berada di ambang garis merah dalam beberapa hal," katanya kepada para investor, seraya menambahkan bahwa perang tidak mungkin terjadi.

"Tidak ada satu negara pun yang ingin berperang. Semua orang takut akan dampak buruk perang itu secara fisik dan menghancurkan secara ekonomi dan politik," terangnya.

"Masalah-masalah ini akan tetap ada dan mungkin semakin intensif dalam lima hingga 10 tahun ke depan," ujar dia.

Dalio telah membantu Bridgewater membangun dana lindung nilai yang relevan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Dana Tiongkok yang dimilikinya memberikan imbal hasil yang kuat tahun ini, didukung oleh reli di pasar obligasi daratan bahkan di tengah kondisi makroekonomi yang sulit.

Hubungan antara Washington dan Beijing berada di bawah ketegangan yang semakin meningkat akibat tuduhan mata-mata, hak asasi manusia, kebijakan industri Tiongkok, dan larangan ekspor teknologi maju AS.

Miliarder ini mengatakan imbal hasil Treasury 10 tahun bisa mencapai 5 persen, karena inflasi kemungkinan akan tetap di atas target Federal Reserve sebesar 2 persen, dengan harga-harga yang naik lebih banyak "di sekitar 3,5 persen.

Dia memperkirakan tingkat suku bunga harus 1,5 poin persentase di atas inflasi untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.

Pada Selasa, obligasi acuan bertenor 10 tahun mencapai 4,766 persen, level tertinggi sejak 2007.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top