Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hindari Kerdil, 1.000 Hari Perlu Gizi Baik

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) meminta pemerintah untuk melihat persoalan kekerdilan (stunting) dari akar permasalahannya. Permasalahan stunting menurut organisasi ini kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Masa1.000 HPK terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan anak. Dampak pada masa periode emas akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang buah hati hingga dewasa.

Ketua Bidang Advokasi Kopmas, Yuli Supriati, mengatakan, agar masyarakat paham terhadap 1.000 HPK yang perlu dilakukan adalah penguatan fungsi keluarga. Dengan demikian yang harus dipastikan sekarang adalah bagaimana program-program penguatan fungsi keluarga itu berhasil.

"Memastikan remaja tidak kekurangan zat besi, memastikan calon ibu paham 1.000 HPK dan menjamin calon ibu dan anak ketika lahir nanti mendapat asupan gizi yang cukup," jelas Yuli dalam keterangan tertulis Sabtu (30/1).

Lebih lanjut, Yuli menyebutkan program-program penguatan fungsi keluarga yang digagas pemerintah sudah sangat banyak. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana implementasinya di masyarakat.

Menurut Yuli program pemberian biskuit tanpa dibarengi dengan penguatan informasi dan edukasi akan 1.000 HKP belumlah cukup. Apalagi penyaluran biskuit sering tidak tepat sasaran dan terlambat sampai ke penerima. "Salah satu contoh pemberian biskuit stunting, apakah ini tepat sasaran? Apakah memang dikonsumsi oleh anak yang bersangkutan?" kata dia setengah bertanya.

Yuli mengungkapkan, pengentasan kekerdilan jangan dilihat sebagai program di atas kertas saja, tapi seberapa tepat untuk masyarakat. Persoalan umum yang ditemui Kopmas saat melakukan tinjauan lapangan, adalah kurangnya pemahaman orang tua mengenai asupan gizi untuk anak.

Bahkan di perkotaan seperti Jabodetabek, yang masyarakatnya diasumsikan banyak mendapatkan informasi dari berbagai pihak masih banyak yang beranggapan anak-anak yang sudah makan kenyang sudah cukup mendapatkan gizi yang dibutuhkan. "Anak sudah minum susu, walaupun yang diminum susu kental manis dianggap sudah cukup memenuhi gizi," ujar dia.

Kopmas, berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan bagaimana implementasi setiap kebijakan hingga sampai masyarakat. "Posyandu dan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat harus digerakkan dengan lebih optimal," ujar Yuli.

Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesiapada 2019 menunjukkan, prevalensi stunting sebesar 27,67 persen. Pemerintah sendiri menargetkan pada 2024, prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menargetkan angka penurunan kekerdilan 2,7 persen per tahun. Hingga 2024 akan ada 20 juta kelahiran baru. "Artinya akan ada 20 juta anak yang harus dijaga agar tidak stunting," kata Yuli. Hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top