Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Misteri Denisovan

Hidup di Hutan Lebat Hingga Padang Rumput

Foto : DONGJU ZHANG/LANZHOU UNIVERSITY

Bagian dari tulang rahang manusia purba Denisovan yang ditemukan di sebuah gua di Tibet.

A   A   A   Pengaturan Font

Manusia purba Denisovan ditemukan pada 2008, para arkeologis Rusia dari Institut Arkeologi dan Etnologi Novosibirsk. Mereka yang bekerja di situs Gua Denisova di Pegunungan Altai di Siberia, menemukan sebuah pecahan kecil tulang dari jari tangan ke lima dari seorang hominin perempuan muda.

Perempuan itu, disebut dengan "perempuan X". Sebutan ini mengacu pada keturunan matrilineal dari DNA mitokondria atau hominin Denisova. Dari artifak-artifak, termasuk gelang, digali di dalam gua pada kedalaman yang sama berusia sekitar 40.000 tahun.

Setelah penemuan itu pada 2022, para ilmuwan kembali menemukan sisa-sisa Denisovan dari situs-situs di Siberia yang lain, Tiongkok, dan Laos. Data fosil ini cocok dengan bukti genetik Denisovan yang ditemukan pada manusia modern yang tinggal di Melanesia.

Suku Denisovan tinggal di Gua Denisova sekitar 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, menurut studi Nature pada 2010 yang pertama kali mengungkap keberadaan Denisovan. Fosil Denisovan tertua yang ditemukan sejauh ini berusia sekitar 200.000 tahun, menurut sebuah studi pada 2021 di Nature Ecology & Evolution. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa Denisovan sezaman dengan manusia modern dan Neanderthal, kerabat terdekat mereka.

Sebuah studi pada 2019 di jurnal Science Advances yang menggambarkan tulang jari Denisovan menunjukkan bahwa tulang itu berasal dari seorang remaja perempuan berusia sekitar 13,5 tahun. Studi lain pada 2019 di jurnal Cell menunjukkan bahwa dia memiliki kulit gelap, rambut coklat, dan mata coklat, serta seperti Neanderthal karena mungkin memiliki dahi yang rendah, rahang yang menonjol, dan hampir tidak memiliki dagu. Namun, Denisovan juga mungkin memiliki lengkungan gigi yang jauh lebih panjang (yaitu, deretan gigi atas dan bawah mereka menonjol lebih jauh) dibandingkan Neanderthal dan manusia modern, dan bagian atas tengkorak mereka mungkin jauh lebih lebar.

"Selain perbedaan tersebut, masih sulit untuk mengetahui seperti apa rupa Denisovan, karena hanya ada sedikit fosil Denisovan, kata ahli paleoantropologi dan direktur Institut Ilmu Arkeologi di Universitas Eberhard Karls Tübingen di Jerman, Katerina Harvati, kepada Live Science.

"Tetapi, secara umum, saya memperkirakan mereka akan lebih mirip Neanderthal dibandingkan kita, karena mereka lebih dekat kekerabatannya dibandingkan dengan kita," imbuh dia.

Pada 2021, para ilmuwan menemukan perkakas batu pertama yang terkait dengan Denisovan. Artefak ini terkait dengan fosil Denisovan tertua yang digali hingga saat ini, menurut penelitian di Nature Ecology & Evolution yang merinci temuan tersebut. Berdasarkan lapisan bumi tempat fosil tersebut, tim juga menemukan kumpulan artefak batu dan sisa-sisa hewan, yang mungkin berfungsi sebagai petunjuk arkeologi penting tentang kehidupan dan perilaku Denisovan.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa tulang-tulang Denisovan ini berasal dari masa ketika, iklimnya hangat dan sebanding dengan iklim saat ini. Lokasi hidupnya mendukung kehidupan manusia yang mencakup hutan lebat dan padang rumput terbuka. Sisa-sisa hewan yang disembelih dan dibakar yang ditemukan di dalam gua menunjukkan bahwa Denisovan mungkin memakan rusa, kuda, bison, dan badak berbulu.

Artefak batu yang ditemukan pada lapisan yang sama dengan fosil Denisovan ini sebagian besar merupakan alat pengikis, yang mungkin digunakan untuk menyamak kulit binatang. Bahan mentah barang-barang ini kemungkinan besar berasal dari sedimen sungai tepat di luar pintu masuk gua, dan sungai tersebut berfungsi sebagai sumber air yang kemungkinan besar menarik mangsa. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top