Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Setelah misi eksplorasi ke Bulan, targetkan penjelajahan luar angkasa berikutnya yaitu ke planet merah, Mars. Dan untuk mencapai target itu, para ahli mulai mencari solusi agar umat manusia bisa mengarungi luar angkasa dalam jangka waktu lama dengan selamat.

Hibernasi Ikan Zebra Jadi Kunci Perjalanan ke Luar Angkasa

Foto : AFP

Ikan Zebra (Danio rerio)

A   A   A   Pengaturan Font

Salah satu tantangan terberat dalam mengirimkan misi berawak ke luar angkasa yaitu periode waktu yang lama yang berdampak buruk bagi tubuh manusia. Semua astronot yang menjalani penerbangan luar angkasa, semuanya mengalami efek negatif dari perjalanan tersebut, mulai dari hilangnya massa tubuh dan otot, hingga redistribusi cairan tubuh ke kepala, yang memberi tekanan pada mata yang menyebabkan masalah penglihatan.
Tingkat radiasi yang lebih tinggi di ruang angkasa juga diketahui dapat merusak jantung, menyebabkan arteri menyempit atau mengeras, dan akhirnya memicu penyakit jantung. Jadi, bagaimana manusia bisa bertahan dalam perjalanan sejauh 480 juta kilometer ke Planet Merah tanpa mereka harus mengorbankan nyawa atau paling tidak melukai diri mereka sendiri secara permanen?
Sebuah tim ilmuwan di Queen's University, Belfast, Irlandia Utara, merasa yakin bahwa mereka telah mendapatkan jawaban untuk masalah itu berkat penelitian mereka pada hewan peliharaan favorit yaitu ikan zebra (Danio rerio).
"NASA berencana untuk kembali mengirim awak ke Bulan dan seterusnya ke Mars di tahun-tahun mendatang. Kemajuan teknologi baru-baru ini telah membuat perjalanan luar angkasa lebih mudah diakses, namun, perjalanan luar angkasa jangka panjang sangat merugikan kesehatan manusia," kata peneliti dari Institute for Global Food Security (IGFS) di Queen's University dan penulis senior studi baru yang diterbitkan dalam jurnal MDPI, Gary Hardiman.
Penelitian ekstensif dalam beberapa tahun terakhir telah menemukan bahwa ikan zebra berbagi lebih dari 70 persen kode genetik mereka dengan manusia, menjadikannya sebagai objek utama para ilmuwan yang ingin memodelkan cara terbaik untuk memerangi berbagai penyakit manusia.

Mati Suri
Sebuah studi pada 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Nature yang membutuhkan waktu 10 tahun bagi para ilmuwan untuk menyelesaikannya, juga mengidentifikasi pola tidur di otak kecil ikan zebra yang mirip dengan aktivitas otak manusia yang sedang tidur.
Tetapi sebuah kelebihan ikan zebra yang menarik perhatian tim peneliti Hardiman di Queen's University adalah kemampuannya untuk menggunakan bentuk hibernasi yang disebut mati suri.
"Kami memulai penelitian ini untuk menentukan apakah mati suri yang diinduksi adalah merupakan suatu langkah yang layak untuk melawan efek berbahaya dari penerbangan luar angkasa. Jika manusia dapat meniru model hibernasi serupa yang telah kita amati pada ikan zebra, hal itu dapat meningkatkan peluang kita untuk menjadikan manusia sebagai spesies penjelajah luar angkasa," terang Hardiman seperti dilansir Euronews, Rabu (26/5) pekan lalu.
Mati suri adalah keadaan tidak aktif tubuh yang mirip dengan hibernasi di mana metabolisme melambat untuk melindungi hewan dari kondisi eksternal yang keras, seperti kelangkaan makanan atau suhu rendah. Menurut tim, keuntungan manusia yang dapat memanfaatkan kemampuan ini bisa menjadi pengubah aturan permainan untuk perjalanan luar angkasa di masa depan.
Walau penelitian ini masih berupa teori yang belum dipraktikkan, studi tersebut dapat membantu menginformasikan misi berawak yang sudah disiapkan untuk mencapai Planet Merah yang perjalannya butuh waktu hingga hampir tujuh bulan.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) pada 2015 pertama kali mengumumkan rencana untuk mengirim manusia ke Mars pada masa depan, dengan tahap pertama sedang berlangsung. NASA menargetkan akan mengirim astronot ke Mars sekitar 2030, tetapi tidak akan dilakukan sampai efek perjalanan ruang angkasa jangka panjang lebih dipahami, dan infrastruktur untuk misi luar angkasa tersedia. SB/euronews/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top