Hibah dari UEA, Masjid Raya Sheikh Zayed Jadi Ikon Baru Kota Solo
Masjid Raya Sheikh Zayed yang baru diresmikan oleh Presiden Jokowi, terlihat dari depan di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari Solo, Jateng, Senin (14/11).
Foto: ANTARA/Bambang Dwi MarwotoSOLO - Pembangunan masjid di Kota Solo, Jawa Tengah, dengan ornamen mirip salah satu masjid termegah di dunia, Sheikh Zayed Mosque di Abu Dhabi Uni Emirat Arab (UEA), merupakan rangkaian panjang dari lobi internasional antara Pemerintah Indonesia dengan UEA.
Pembangunan masjid itu berawal saat Pangeran UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan mengunjungi Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, selain meneken beberapa kerja sama dua negara, pangeran juga berjanji menghadiahi atau memberi hibah kepada Jokowi sebuah masjid yang rencananya dibangun di kota kelahiran Presiden di Solo.
Pemerintah kemudian mulai melakukan pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo yang merupakan simbol persahabatan Indonesia dengan UEA, di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Desember 2020.
Pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed berkonstruksi dan ornamen bangunan Negara Timur Tengah, di Jalan Ahmad Yani Gilingan kini telah selesai. Masjid yang menempati lahan sekitar 3 hektare itu, telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan, acara peresmian masjid termegah di Indonesia tersebut dihadiri oleh Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan bersama pejabat negara di UEA.
Masjid Raya Sheikh Zayed yang sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi melalui penandatangan kedua negara dan kini milik Pemerintah Indonesia. Pengelolaan masjid ditangani oleh pemerintah melalui Kementerian Agama, sehingga Kota Solo kini memiliki ikon baru, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed.
Bahkan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang hadir acara peresmian mengaku baru pertama masuk di Masjid Raya Sheikh Zayad di Solo itu, ternyata indah sekali.
"Saya masuk baru pertama Masjid Sheikh Zayed di Solo sangat indah dan Jawa Tengah sangat bangga memiliki masjid yang megah ini," katanya.
Masjid Raya Sheikh Zayedini diharapkan, selain bisa menjadi tempat ibadah, juga menjadi pusat untuk memoderasi segala hal, termasuk untuk pusat orang berdiskusi, ngobrol, dan fungsi utama ibadah. Masjid Raya Sheikh Zayedini memiliki kapasitas untuk menampung sekitar 4.000 orang itu.
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa menyampaikan Masjid Raya Sheikh Zayed bisa menjadi salah satu tujuan wisata religi di daerah itu.
Hadiah masjid megah itu ada konsekunsinyabagi pemerintah dan masyarakat, yakni harus bisa merawat masjid seperti aslinya di Abu Dhabi UEA, yang tentunya membutuhkan biaya tidak murah. Hal itu, termasuk kesadaran masyarakat dalam menjaga perilaku agar masjid bisa terawat dengan baik.
Sebagai wisata religi maka biasanya akan ada orang yang berjualan makanan dan lainnya. Karena itu, Pemerintah Kota Surakarta berharap tempat untuk ibadah ini tidak boleh ada yang berjualan makanan.
Masjid Sheikh Zayed merupakan tempat ibadah sehingga masyarakat yang datang ke tempat itu harus menaati aturan, termasuk mematuhi aturan mana yang boleh untuk semua orang dan yang tidak boleh.
Masjid itu, terbuka untuk umum dan pemerintah daerah tidak bisa melarang siapapun yang mau masuk yang tujuannya tidak hanya melaksanakan ibadah. Bisa jadi pengunjung hanya datang untukswafoto dan sebagainya.
Hal tersebut tentu dipikirkan oleh Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, soal struktur yang lain, termasuk transformasi orang-orang ahlinya terkait merawat taman, listrik, keamanan dan sumber daya manusia (SDM) lainnya harus dipersiapkan.
Pemerintah Kota Surakarta dan masyarakat secara umum merasa terima kasih dan bangga dengan pemerintah pusat yang sudah mewujudkan hadiah untuk Jokowi ini di Kota Solo.
Pemerintah daerah bersama masyarakat akan merawat Masjid Sheikh Zayed yang sangat megah itu. Diharapkan masjid ini menjadi bagian tujuan wisata baru dan berdampak menambah pendapatan asli daerah (PAD) di luar yang sudah ada.
Kehadiran masjid itu tentu akan berdampak pada aspek di Solo, seperti semakin banyak orang yang berkunjung. Apalagi jika ada kegiatan-kegiatan keagamaan di Masjid Raya Sheikh Zayed.
"Saya sebagai warga Solo sangat bangga memiliki Masjid Sheikh Zayed yang indah ini, dan banyak dikagumi, " kata Teguh.
Masjid Sheikh Zayed indahnya bukan main, apalagi pada malam hari tata cahaya lampu itu, mencerminkan bentuk seni bangunan masjid, dengan suasana di Timur Tengah. Masjid berdiri di tanah Jawa tetapi suasananya di Timur Tengah sangat indah.
Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, menyampaikan Indonesia bangga sekali ada masjid semegah ini, di Kota Solo yang menjadi tanda persahabatan antara Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed dengan Presiden Jokowi.
Yenny yang pernah berkesempatan datang ke masjid aslinya, yakni Sheikh Zayed Mosquedi Abu Dhabi UEA, mengakui memang sangat indah, sehingga senang sekali ada replika Masjid Sheikh Zayed di Kota Solo.
Kemegahan masjid tersebut diharapkan berdampak pada kualitas ibadah, orang bisa lebih khusuk mengagumi ciptaan Allah, lebih tenang dalam beribadah dan menjadi pusat keramaian, bukan hanya wisata religi, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial.
Bahkan, dengan adanya Masjid Raya Sheikh Zayed bisa menambah devisa daerah karena orang dari daerah lain akan datang ke Solo untuk melihat mampir dan diharapkan ada putaran ekonomi di daerah.
Selain itu, masjid tersebut diharapkan terbuka untuk semua orang, bukan hanya untuk yang Muslim. Masjid aslinya di Abu Dhabi itu, juga terbuka masuk untuk kalangan non-Muslim.
Tokoh toleransi itu berharap masjid ini bisa memakmurkan masyarakat, bisa menampung semua golongan, dan menjadi salah satu tempat persemaian dari toleransi menjadi salah satu ciri khas negara kita.
Selain itu, Islamic center di Masjid Sheikh Zayed Solo diharapkan juga menjadi pusat kajian Islam di Asia Tenggara. Karena, Islam di Asia Tenggara mempunyai corak yang berbeda. Islam sangat inklusif atau terbuka dan disebarkan melalui dagang, sehingga mereka terbuka dengan semua kalangan.
Menggaungkan Islam Asia Tenggara juga penting karena secara jumlah, umat Muslim di Asia Tenggara jauh lebih banyak dibanding dengan di negara-negara Timur Tengah.
Penyebaran Islam di Asia Tenggara tersebut penting untuk dikaji, bagaimana coraknya dan bagaimana beradaptasi dengan budaya lokal, termasuk bagaimana penyebarannya.
Penyebaran Islam di Tanah Jawa dan Nusantara melalui ajakan bersahabat dan perdagangan, maka coraknya sangat inklusif dan sangat bersahabat serta tidak menolak budaya lokal atau sangat toleran.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 2 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 3 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
- 4 Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- 5 Masyarakat Perlu Dilibatkan Cegah Gangguan Mental Korban Judol