Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Sri Lanka

Hengkang Setelah Dikalahkan Inggris

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Ketika Belanda mulai menjadi kolonialis baru, sasaran yang paling mudah untuk direbut adalah pos-pos dagang Portugis yang memiliki pertahanan buruk daripada pos-pos Spanyol. Ketika itu Spanyol tidak lagi mampu mengatasi ancaman angkatan laut untuk membantu Portugis.

Dalam Perang Belanda-Portugis yang terjadi kemudian, banyak kepemilikan Portugis jatuh ke tangan Belanda. Antara 1638 dan 1640, Belanda bahkan menguasai sebagian wilayah timur laut Brasil, dengan ibu kotanya di Recife. Namun Portugis berhasil memenangkan pertempuran secara signifikan dalam Pertempuran Guararapes Kedua pada 1649.

Pada 1654, Belanda menyerah dan mengembalikan kendali atas semua tanah Brasil kepada Portugis.

Meskipun koloni Belanda di Brasil musnah, selama abad ke-17 Belanda mampu menduduki Ceylon, Tanjung Harapan, dan Hindia Timur. Belanda mengambil alih perdagangan dari Jepang di Nagasaki. Wilayah Asia Portugis dikurangi menjadi hanya pangkalan di Makau, Timor Timur, dan India Portugis.

Benteng di Batticaloa, Trincomalee, Negombo, dan Galle, dibebaskan dengan bantuan Tentara Ceylon dan Angkatan Laut Belanda. Pada kenyataannya benteng-benteng ini berada di daerah marjinal di mana Kerajaan Kotte tidak ada saat itu. Demikian juga orang Tamil tidak banyak yang tinggal di sekitar benteng ini kecuali dalam kasus benteng Galle.

Direbutnya beberapa pos-pos tersebut membuat Portugis tidak lagi memerlukan tentara bayaran yang direkrut dari Coromandel dan pantai barat India. Dengan demikian benteng ini menjadi kemudian menjadi milik Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/VOC). Raja Rajasinghe ingin menghancurkan semuanya, tetapi tidak membayar iurannya melawan Portugis, akibatnya Belanda tidak mau menghancurkan mereka.

Perjanjian Sinhala Belanda memiliki syarat di mana raja Sinhala harus mempertahankan dan mendukung pasukan Belanda saat mereka mengobarkan perang atas nama Raja Ceylon/Kandy melawan Portugis. Perjanjian itu memiliki dua salinan, salinan Belanda memiliki klausul bahwa Belanda akan memiliki dan mengoperasikan pelabuhan.

Pada Salinan Kandyan tidak memiliki klausul seperti ini. Akhirnya raja tidak mematuhi perjanjian tersebut karena salinannya ditafsirkan bahwa pelabuhan akan kembali ke Raja Kandy. Karena alasan itu Belanda kemudian memilih opsi untuk merebut semua pelabuhan dan benteng serta tanah lainnya, menggantikan Portugis.

Kehadiran Belanda yang semakin kuat pelan-pelan menggusur pos-pos dagang Portugis dan mulai menguasai bagian-bagian di mana mereka merebut kekuasaan raja. Masyarakat Tamil menerima penguasa baru tanpa banyak keberatan. Hanya di Galle dan Negombo ancaman serangan masih berpotensi terjadi.

Rajasinghe selalu ingin menyingkirkan Portugis dan Belanda dengan cara mengadu domba. Pada saat perwira atau komandan Belanda menyinggung perasaannya, dia memerintahkan pembunuhan mereka. Kadang-kadang dia membantai muatan kapal orang Belanda karena kelakuan buruk kapten mereka.

Perilaku kejam dan licik semacam ini membuat Belanda bertekad untuk mempertahankan benteng dan tanah luas yang mereka direbut. Rajasinghe dan para abdi tidak menawarkan bantuan yang seharusnya mereka berikan. Akibatnya sebagian besar pertempuran yang dilancarkan oleh pihak Belanda mengalami kerugian besar.

Tetapi ketika datang untuk berbagi jarahan dari benteng yang direbut seperti Galle, raja Kandyan dan pasukannya ada di sana untuk kesempatan itu. Belanda memberikan setengah aset perang kepada raja Kandyan.

Saat Belanda mulai menguasai dan memperluas wilayahnya. Di sisi lain Raja Kandy mencari pihak lain yang kuat untuk membantu dalam perang. Untuk ini, mereka mendekati Prancis. Akhirnya, Inggris menggantikan Belanda dengan mengambil alih koloni Belanda dengan diplomasi selama perang Napoleon. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top