Hebat, Institut Teknologi Sumatera Mampu Ciptakan Alat Pendeteksi Kecemasan
Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro
Foto: antara fotoJAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mendukung upaya pengembangan inovasi alat pendeteksi kecemasan yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Sumatera (Itera).
"Prototipe ini saya rasa akan sangat bagus dikembangkan dan dihilirkan sebagai suatu produk yang memiliki nilai tambah dan menjawab persoalan di masyarakat, menggerakkan ekonomi masyarakat, bahkan menjadi substitusi produk impor," kata Mendiktisaintek Satryo melalui keterangan di Jakarta, Kamis (9/1).
Mendiktisaintek menekankan riset dan inovasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi harus mampu menjawab permasalahan masyarakat, dimana produk-produk riset jangan hanya berhenti sebatas prototipe, namun harus bisa dihilirkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Ia juga menilai langkah yang dilakukan Itera merupakan upaya cemerlang dalam mendukung pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
"Saya rasa ini akan sangat bagus untuk ekonomi kreatif kita dengan mengurangi bahan baku impor. Sekarang kita berkreasi, tapi masih ada yang menggunakan bahan baku impor. Kalau bisa, kitalah yang mengekspor bahan baku itu nantinya," ujar Mendiktisaintek Satryo.
Sementara Rektor Itera I Nyoman Pugeg Aryantha memaparkan alat deteksi yang dikembangkan berbasis data besar (big data) ini diklaim mampu mendeteksi gangguan kecemasan yang dialami seseorang. Alat ini diharapkan dapat digunakan sebagai deteksi dini gangguan kecemasan.
"Melalui inovasi ini Itera dapat mencegah, menangani, dan memfasilitasi para mahasiswa yang mengalami gangguan-gangguan kecemasan, bersama para psikolog. Alat ini di kembangkan berbasiskan big data. Dalam aplikasinya, produk inovasi Itera ini menggunakan tiga parameter pendeteksi kecemasan," kata Nyoman Pugeg.
Nyoman Pugeg menjelaskan alat tersebut bekerja dengan mendeteksi sejumlah parameter yang digunakan, antara lain kualitas air pada kulit atau konduktansi kulit, detak jantung, dan temperatur.
Ia melanjutkan parameter ini membaca ekspresi tubuh melalui senyawa kimia yang terkandung di dalam keringat, yang kemudian terbaca dan dianalisis oleh sensor. Hasil analisis gabungan tiga parameter tersebut yang kemudian menjadi acuan mendeteksi kecemasan pada manusia.
Pada tahap selanjutnya, ungkap Nyoman Pugeg, alat tersebut akan dilengkapi dengan parameter berbasis ekspresi wajah, sehingga dapat membaca bagaimana perubahan profil wajah yang terjadi ketika direkam dalam waktu satu menit.
"Banyak produk inovasi yang sudah dipatenkan. Harapannya produk-produk ini dapat dihilirkan dan menjadi penopang ekonomi kreatif," tutur Nyoman Pugeg.
Redaktur: Sriyono
Penulis: Sriyono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 2 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 3 Athletic Bilbao dan Barca Perebutkan Tiket Final
- 4 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 5 DJP Kalselteng Capai Target Penerimaan Pajak Empat Tahun Berturut-turut
Berita Terkini
- Tingkatkan Layanan Insentif Demi Menaikkan Pendapatan
- Semoga Ketegangan Politik di Korsel Bisa Cepat Mereda, Presiden yang Dimakzulkan Akan Terima Putusan MK
- Usut Tuntas, Tiongkok Perluas Pemberantasan Korupsi di Sektor Keuangan dan Energi
- Semoga segera Terwujud Kedamaian, PBB Ingatkan Ancaman Terhadap Kedaualatan dan Integritas Suriah
- Pemerintah Akan Cabut Izin Distributor Pupuk Bila Jual di Atas HET