Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hasto: Angka Perceraian Tinggi Mengancam Ketahanan Keluarga

Foto : ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo ditemui usai acara silaturahim BKKBN bersama tim pendamping keluarga, keluarga berisiko stunting, dan masyarakat di kantor BKKBN, Jakarta, pada Selasa (2/4/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia, yang dapat mengancam ketahanan keluarga.

"Kalaubroken home-nya tinggi, ketahanan keluarganya otomatis lemah, karena indeks pembangunan keluarga itu salah satunya ketenteraman. Kalau perceraian tinggi, ketenteramannya akan turun," ujar Hasto di Jakarta, Selasa (2/4).

Ia juga mengkhawatirkan data perceraian yang semakin meningkat sejak tahun 2020. "Hari ini banyak keluarga yang bagus, tetapi juga banyak yang kurang bagus, karena perceraian di tahun 2020 ke atas, angkanya lebih dari 500 ribu kasus per tahun," kata kepala BKKBN.

Hasto pun menjelaskan ada tiga indikator dalam ketahanan keluarga, yakni tenteram, mandiri, dan bahagia. Jika perceraian meningkat, maka indikator pertama yakni ketenteraman dapat terancam.

"Kalau banyak perceraian, tenteramnya turun, jadi indeks pembangunan keluarga bisa turun kalau banyak perceraian, sedangkan dampak terhadap keluarga sendiri, broken home kan kalau orang tuanya cerai, anaknya tidak akan terurus dengan baik, pengasuhan (parenting) tidak bagus, sedangkan salah satu penyebabstuntingkarena anak tidakhappy, makanan juga enggak bagus," ucap dia.

Sebelumnya, Hasto juga menyebutkan bahwa konflik rumah tangga mesti diselesaikan dengan perasaan, tidak hanya dengan logika. "Konflik di dalam rumah tangga, kalau kita selesaikan hanya dengan logika itu berat, hasilnya pasti kacau, tetapi juga harus diselesaikan dengan perasaan," kata dia.

Kepala BKKBN juga menegaskan sebelum orang tua membahas tentang anak, atau mendidik anak, penting untuk mengkomunikasikan perasaan satu sama lain.

"Oleh karena itu, sebelum menyentuh masalah anak, para orang tua juga perlu belajar menyampaikan komunikasi satu sama lain. Sebagai kepala rumah tangga, suami harus lebih dewasa, bisa menahan emosi, dan istri juga harus bisa memaklumi," ucap dia. Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top